Perkenalan Pertama

Perkenalan pertama menentukan segalanya, seperti ketika kamu melihat lawan jenis yang kamu anggap menarik. Tidak perlu munafik, sudah pasti kita menilai terlebih dahulu dengan melihat dari luarnya.

Apa? Kamu tidak percaya kepadaku.

Mari kita merekayasa sebuah cerita dalam pikiran kita masing-masing. Ada sebuah orang yang sangat saleh ---mari kita sebut saja dia Saleh, biar gampang--- yang sesekali melepas penat dari rutinitas ibadahnya dengan berjalan-jalan di mall. Saat itu Saleh sedang mencari buku dan entah mengapa dia sangat beruntung melihat wanita seksi memakai 'hot-pant & you-can-see' menatapnya secara terus-terusan daritadi tanpa berkedip. Saleh jatuh cinta saat itu juga, cinta pada pandangan pertama. Mungkinkah Saleh akan berkenalan dengannya? Atau Saleh justru akan menjauhi cikal bakal perzinaan tersebut? Aku sendiri tidak tahu, biar iman Saleh yang menjawab.

Atau mungkin Saleh salah sangka dalam mengartikan tatapan wanita itu. Bisa saja lirikan yang diberikan karena sang wanita menganggap Saleh sebagai orang aneh. Silahkan teman merangkai sendiri lanjutan ceritanya hehehe.

Mari kita kembali ke topik...

"Jangan menilai buku dari sampulnya," itulah salah satu kalimat andalan orang bijak. Namun sepertinya peribahasa seperti itu tidak begitu berlaku lagi. Mengapa?

Coba kamu ingat kembali kapan terakhir kali kamu berkunjung ke toko buku. Bukankah semua buku yang dijual biasanya dilindungi oleh selaput bening bernama plastik. Beberapa buku bernasib malang dan sudah tidak terlindungi, mungkin disebabkan oleh sobekan maut yang dilakukan tangan-tangan jahil... dan aku salah satu tersangkanya.

Tapi... apa yang membuat hal itu terjadi? Kenapa buku itu bernasib malang? Dari sekian banyak macam buku yang dijual. Kenapa buku itu? Kenapa bukan buku yang sejenis, dengan judul yang sama, isi cerita yang sama, pengarang yang sama, sampul yang sama... kenapa bukan buku yang dipajang di sebelahnya meskipun dipajang dalam satu rak yang sama?

Kenapa? Kenapa? Kenapa?

Mungkin nasib yang membawa atau sekedar murni naluri intuisi, yang jelas tangan jahil itu beraksi karena tertarik pada sampulnya. Kemudian penasaran akan isinya, sehingga melakukan perbuatan tak bertanggung jawab itu. Setelah membaca buku malang itu kemudian memutuskan untuk membeli... pasti bukan buku malang itu yang dibawa ke kasir. Aku yakin! Lebih baik mengambil yang masih terlindung selaput bening. Iya kan?

Hidup sungguh penuh misteri, sesuatu yang tidak kita kenali akan selalu membawa rasa penasaran. Untuk menjawab rasa ingin tahu, hal pertama yang dilakukan tentu adalah untuk mengenal. Oleh karena itu diperlukan perkenalan dan proses pengenalan.

Label ini akan menjelaskan apa tujuanku dalam mengkategorikan tulisan-tulisan dalam blog ini, sehingga semuanya akan menjadi sedikit lebih jelas. Mungkin label ini juga berguna sebagai kompas perjalanan kamu dalam menjelajahi blog ini.

Perkenalan pertama...
Begitu menggoda.

Selanjutnya?

Terserah kamu, mau peduli atau tidak. Itu urusanmu sendiri.







catatan:
Sssst... ternyata yang biasanya merobek plastik buku-buku di toko itu adalah Saleh, rasa hausnya akan ilmu menyetirnya... tapi dia tidak memiliki dana untuk membeli. Kasihan...

Saleh juga akhirnya berpacaran dengan wanita seksi itu, ternyata iman yang dimilikinya tidak setebal Tembok Cina.