Berbagi Koneksi Internet

Maaf teman-teman para pembaca blog ini, bukan karena aku sibuk sehingga tidak mampu untuk mengetik tulisan tidak penting selama beberapa saat kemarin, tapi koneksi internetnya mati karena pada telat bayar. Biasa hidup di kosan harus saling berbagi, meskipun kebanyakan rasanya tidak enak. TAI!

Begini ceritanya...

Kosanku ada di suatu komplek perumahan ternama di Bandung, posisinya dekat sebuah pasar terkenal yang dilalui oleh angkot warna hijau. Sedangkan untuk mencapai tempat aku tinggal bisa naik angkot biru dari sebuah universitas teknik ternama di bandung ke arah atas pegunungan.

Bagunan ini bergaya minimalis, entah mengapa banyak sekali orang disini suka gaya itu. Padahal iklim tropis dan hujan gila-gilaan karena global warming sudah sering membuat banjir kota yang posisinya cukup tinggi diatas ketinggian laut. Gaya minimalis menurutku tidak cocok, karena tempat tinggalku sementara ini sering sekali becek bila hujan sedikit saja.

Sebelum melanjutkan membaca, aku memperingatkan teman-teman bahwa tulisan ini akan membicarakan tentang orang lain. Kalau takut dosa maka berhenti membaca. Jika teman-teman setia kepadaku, teruslah membaca kemudian mari kita menari bergembira bersama di neraka. Hahahahaha!

Ok, mari kita lanjutkan.

Kosanku ini terdiri dari 3 lantai, yang paling atas ada 2 kamar yang paling nyaman. Lantai tengah terdiri dari 4 kamar demikian juga lantai dasar. Bedanya di lantai dasar ada rumah sang pemilik, dapur, ruang bersantai bersama dan lapangan parkir untuk mobil maupun motor.

Total penghuni sementara kosan ini adalah 10 orang dilihat dari jumlah kamarnya. Namun jumlah ini tidak pasti karena banyak sekali orang yang menginap, mungkin saudara, teman, kekasih, mantan kekasih... atau keduanya sekaligus diwaktu yang bersamaan. Kamar-kamar paling atas seperti sebuah penthouse pribadi yang sederhana. Itu adalah kamarku dan kamar temanku seangkatan dan sejurusan yang notabene adalah keponakan sang pemilik.

Lantai tengah dihuni oleh beberapa orang yang unik, salah satu adalah seorang pemegang posisi penting pada sebuah organisasi kemudaan --- yang biasa disebut dunia per 'mafia' an ---, seorang lagi adalah salah satu adik artis terkenal di Indonesia, seorang lagi adalah salah satu anggota komunitas mobil Jazz dan sudah pasti populer dalam kalangan kampusnya karena sangat aktif dalam setiap kegiatan, terakhir adalah seorang pendatang baru dengan umur paling muda yang gemar pulang sebelum subuh lalu pergi kembali keluar kosan setelah subuh --- kerap kali dipanggil sebagai "Mr. Ghost" karena tabiatnya ini ---.

Lantai bawah dengan mudahnya dihuni oleh seorang mahasiswa dari Malaysia (menurut pengakuan para penghuni kosan... dicurigai sebagai seorang Homo terselubung karena acap kali selalu membawa teman prianya menginap dan selalu memandang mesra teman prianya itu), seorang anak Arab yang cukup hobi menabrakkan mobilnya, seorang Padang yang gemar belajar tetapi tetap rajin berpacaran dan terakhir adalah "Mr. Torrent" dengan parasnya yang berbanding sebelas duabelas dengan Ridho Rhoma (sumpah, mirip abis nyet! - harus percaya).

Hari itu, internet kosan tiba-tiba mati! Seluruh download-an YouTube milikku belum kelar. Sialan! Aku kira sang penyedia internet sedang mengalami penyakitnya yang seperti biasa yaitu gangguan koneksi berkepanjangan. Aku pakai Speedy (baca: siput).

Ah... ya aku lupa. Kosanku berbagi koneksi internet untuk 9 orang saja, mengapa? Karena si Malaysia Homo itu terlalu angkuh dan kaya setengah mati sehingga mampu membujuk pemilik kosan untuk memasang telepon sendiri dan internet sendiri, egois sekali... tanpa tepa selira. Zzzz...

Aku lupa menggunakan fasilitas paket yang mana, tapi aku selalu bayar kira-kira Rp. 90.000 - Rp. 100.000 per bulan. Apabila ada lebih berarti itu rejeki yang merawat kosan, sang pembantu. Itung-itung memberi tips meskipun kamarku yang seperti kapal pecah ini jarang sekali dibersihkan, mungkin karena ia terlalu malas, terlalu sibuk terlalu capek, terlalu... entahlah, selalu saja ada terlalu sebagai alasannya. Membersihkan kamar sudah termasuk servis yang ditawarkan kosan ini padahal! Dasar pemalas!

Bulan Januari kemarin, banyak penghuni pulang kota. Kemana lagi selain ke metropolitan. Jatah libur untuk para mahasiswa tukang titip absen, HORE! Aku mengira semuanya akan tertib membayar kosan, ternyata sudah hura-hura disana lupa kewajiban disini. Itulah alasannya kenapa koneksi internetku mati kemarin. Aku mengetahui hal ini setelah mengusulkan temanku sang keponakan dari pemilik untuk memencet angka sakti 147 dan menghubungi pihak penyedia layanan internet itu.

SUDAH DENDA! KENA ISOLIR 24 JAM! NGEPET!

Setelah telepon itu usai, sang keponakan hanya tertawa dan bilang kepadaku, "Sorry Nis, gw blom bayar hehehe kmarin gw di Jakarta mulu, lupa gw." Karena ia adalah sang keponakan, akan repot kalau mencari masalah dengannya, toh biasanya ia sudah bayar dengan duit pinjaman sang pembantu dulu jikalau dia sedang tidak bisa membayar.

Kemudian aku berinisiatif untuk menanyakan hal ini kepada sang pembantu untuk mengorek info lebih lanjut.

"Mang Olih, sapa aja si yang blom bayar internet?"

"Banyak Mas, kemarin pada ke Jakarta smua, jadi pada belom bayar."

Baaaah! Kemudian aku kembali ke kamarku untuk bersantai membaca buku sembari membunuh waktu, sampai temanku sang adik artis terkenal menerobos masuk.

"Woooy! Internet napa mati?"

"Diputus dari sana." Aku menjawab seadanya karena sedang multi-tasking.

"Bah knape?"

"Blom pada bayar dul! Lo da bayar?"

"Blom hahaha, gw kira cuma gw ama lo doang yang blom bayar."

"Sorry ye, gw uda bayar kmaren!" Jawaban maut yang membuat K.O. temanku itu, meskipun aku juga telat bayar.

Hari berjalan normal seperti biasanya, membosankan... tanpa internet. Tapi kosan jadi lebih hidup karena bersosialisasi secara tradisional. Apabila internet sudah menyala, semua penghuni sibuk di kamar masing-masing menggauli laptopnya. Kosan autis!

Esoknya, setelah dirunut, diteliti dan ditelaah dengan seksama. Ternyata yang belum bayar ada 2 orang (Adik artis terkenal sudah langsung membayar di pagi harinya), sang keponakan dan Mr. Torrent. Sang keponakan mengambil langkah taktis yang sangat efisien dengan menyuruh sang pembantu untuk menalanginya terlebih dahulu. Sekarang problemnya tinggal Mr. Torrent!

Aku tidak tahu kenapa, tapi ini Mr. Torrent memang tidak tahu diri. Setiap hari kerjaannya adalah melakukan download terus, dari situ muncul julukan tepat untuknya. Download-nya bokep terus, padahal sudah punya pacar yang cukup cantik. Aneh! Apa karena faktor muka berpengaruh erat dengan libido? Atau jangan-jangan dia homo juga lagi, tidak berani bermain dengan pacar-cukup-cantiknya? Pusing aku memikirkannya. Mungkin kosan ini perlu dirubah julukannya menjadi kosan homo dan sebaiknya aku cepat-cepat menyelesaikan skripsi dan angkat kaki dari sini.

Aku tahu darimana dia mengunduh apa? Gampang, aku ini sedikit tau masalah internet dan jaringan setelah diajari beberapa kali oleh teman-temanku calon pakar IT. Belum lagi kalau aku bosan, aku mengintip file-file yang dia bagi kepada kita melewati jaringan, cukup menghibur. Bokepnya lumayan. Isinya ngentot semua!

Posisi alat-alat canggih akan aku deskripsikan sebagai berikut. Modem di kamar sang keponakan, hub/switch (entahlah apa namanya itu, benda kotak yang sering dipasang-cabut kabel LAN) pertama di kamarku dan yang kedua di tembok lantai tengah. Jikalau Mr. Torrent sudah keterlaluan, maka kami akan mencabut kabelnya dengan paksa dari sini. Seperti taktik perang Sun Tzu yang ternama, posisi diatas lebih baik.

Intinya adalah kalau menggunakan fasilitas bersama-sama harus bisa berbagi suka maupun duka, meskipun lebih banyak sedih dan ruginya. Tapi tak apa, setidaknya aku masih tepa selira dengan kondisi keuangan mahasiswa yang diharuskan untuk berhemat setiap saat. Setidaknya koneksi internetku sudah kembali menyala seperti normal! Bulan ini harus bayar tepat waktu, kalau tidak aku bisa telat mengerjakan skripsi lagi (alibi yang sengaja dibuat).

Maaf ya teman-teman pembaca. Selama internet mati tidak bisa menerbitkan tulisan-tulisan baru tapi tenang saja, aku masih tetap menulis dengan kertas dan pulpen jadi bisa dipindahkan dengan mudah. Tolong motivasi saya! Selain itu aku juga berencana untuk memindahkan semua catatan-catatan lain (ada di Facebook dan Multiply) sehingga ternaungi dalam satu atap supaya lebih mudah mengaturnya. Deadline-nya bulan Maret, ayo semangat!

Mohon bersabar ya teman-teman.

Ah... semakin banyak yang perlu dikerjakan sedangkan waktu hanya segitu-segitu saja jumlahnya. Kontol!