Ternyata Tetap Terpaksa

Bagi yang belum tahu alasan kenapa diriku menjadi pria yang bejat, bajingan, brengsek silahkan membaca ini terlebih dahulu.

--------

Lagi-lagi sebuah peristiwa yang dialami olehku dan rekan kriminalku itu. Akhir minggu kemarin aku dan ia setuju untuk meluangkan waktu bersama. Rencana kami adalah makan siang di sebuah mall ternama yang sudah pasti dipenuhi 'anak baru gede' jaman sekarang. Dimana lagi selain di Paris Van Java (PVJ).

Kami berdua adalah mahasiswa pas-pasan, tidak memiliki kendaraan pribadi. Sehingga kemana-mana kami harus bersabar menunggu tabiat sang supir angkot. Tidak lupa faktor cuaca juga harus diperhitungkan, karena pejalan kaki selalu terkena siraman genangan air yang disebabkan oleh kendaraan berlalu-lalang dikejar waktu.

Peristiwa ini terjadi ketika aku dan ia baru saja turun dari kendaraan milik masyarakat. Cuaca masih menangis pelan. Tidak ada yang membawa payung. Kami berdua terpaku diseberang jalan ragu untuk menyebrang karena di depan parkiran pintu masuk mall itu sedang mengalir banjir, lebarnya setengah lajur dan kedalamannya cukup untuk membuat tikus got mati tenggelam. Aku malas menyebrang karena malas cuci kaki, sedangkan ia malas menyeberang karena malas mencuci jeans favoritnya itu. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk menunggu di halte.

Disela-sela waktu menunggu aliran air bah mini itu untuk mereda, banyak sekali orang yang berpapasan melewati kami, sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing yang tidak jelas apa kesibukannya. Banyak orang yang kami lihat dan observasi, ada beberapa manusia berteduh sama seperti kami lakukan, penjual gorengan yang tidak habis-habisnya menawarkan produk, penjual pulsa yang sibuk bergosip dengan penjaga warteg sebelah, penjual koran yang tertidur, satpam di seberang jalan yang sibuk memainkan tongkat lampunya, supir angkot yang terus menerus mengepulkan asap nikotin manis sembari menunggu calon penumpang.

Tibalah saat itu...

Ada empat mahluk yang ikut berteduh sementara, apakah mahluk itu? Engkau biasa menemukan mereka di lampu merah sedang menyanyikan lagu populer saat ini. Bedanya adalah... mereka semua pria 'macho', lelaki tetapi memakai pakaian wanita dan berdandan seperti perempuan. Ototnya jauh lebih kencang daripada tangan mungilku, mungkin kalau berkelahi dengan mereka... saat itu juga aku bisa habis dimakan hidup-hidup oleh kawanan buas itu.

Mereka mulai menyanyi, menawarkan jasa mereka dengan genit. Menggoda para manusia yang sedang berteduh di halte itu. Meminta receh untuk membiayai hidup mereka esok hari. Segala goyangan maut mereka tampilkan, dilengkapi dengan senjata 'kecrekan' yang bisa digunakan untuk memukul pingsan maling. Ah... tidak, jadikan senjata itu untuk membunuh perampok kapak merah.

Lalu dimana anehnya dari cerita ini?

Setelah mereka cukup mendapatkan uang, mereka melanjutkan petualangan ke tempat lain. Kemudian perbincangan bodoh mulai keluar dari mulut rekan kriminalku.

"Kasian banget si lo nissss!"

"Ha? Kasian napa si?" Aku kebingungan.

Aku tidak seperti beberapa temanku yang phobia akan banci atau bencong. Setiap temanku yang phobia apabila dalam kondisi yang aku alami, mungkin yang mereka lakukan hanya ada tiga kemungkinan: bersembunyi, kabur atau berdiri mematung sambil terkencing-kencing di celana. Sedangkan aku tetap santai tenang. Aku netral saja, pasif.

"Iya kasian gila diri lo nyet!"

"Sumpah gw bingung abis. Maksud lo paan emang?" Aku kembali memperjelas pertanyaanku.

"Lo sadar ga sih?"

"Sadar! Sadar apaan?"

"Lo ga nyadar ya? Di halte ini, semua cowo tadi digodain ama tu bencong-bencong. Lo doang yang kaga!"

"Sialan!" Aku hanya bisa mengumpat.

"Lo ama banci aja ga laku, ga ada yang mau godain. Malang banget nasib lo nis hahahaha."

Gila, aku sadar saat itu juga. Sama bencongpun diriku tak laku juga. Entah bagaimana nasib percintaanku ini di masa depan. Pusing, pusing, pusing, pusing. Aku masih tetap saja tak bisa membalas analisisnya yang mendalam dan aku tidak bisa mungkir karena peristiwa ini dialami kami berdua. Apes!

Skor saat ini 2 - 0, aku dibantai rekan kriminalku. Sepertinya butuh perpanjangan waktu untuk menyelesaikan dendam yang belum sempat dibalas ini.