Ciuman

Ketika membaca sebuah tulisan milik teman, sungguh aku bingung mau bilang apa. Karena aku tidak mengerti apa yang ia maksud dengan itu.

Ciuman, ketika bibir bertemu bibir. Lidah saling bersilat kemudian terkait satu sama lain. Lalu yang paling buruk gigi saling menabrak, tentunya aku tidak pernah mengalami yang terakhir. Aku hanya dengar dari cerita orang lain, ternyata bisa dan ada kemungkinan itu terjadi. Sayangnya aku orang yang sangat beruntung, hingga sekarang hal itu belum pernah terjadi.

Lalu apakah ciuman hanya sebatas itu saja?

Masih ada jutaan jenis ciuman lainnya. Mencium tangan orang yang dituakan untuk meminta ijin atau sebagai perwujudan rasa hormat. Mencium kening sebagai rasa kasih tanpa batas, aku sangat senang menerima yang satu ini. Mencium mata sebelum pasangan berusaha masuk ke alam mimpi. Mencium hidung hanya untuk kesenangan. Mencium telinga sembari membisikkan kalimat romantis untuk memancing gairah. Mencium tengkuk sambil menghembuskan nafas hangat agar nafsu mulai bangkit dan meronta. Mencium pundak lalu menggigit-gigit kecil untuk bersantai. Mencium dada untuk menyapa detak jantung. Mencium perut untuk merasakan kehidupan. Mencium punggung untuk menjelajahi rekan tidur. Mencium dari pangkal paha kemudian turun ke lutut hingga mata kaki lalu menjilati seluruh jari kakinya untuk rasa kekaguman atas kekuatan. Hingga pada akhirnya mencium kelamin yang akan menciptakan rasa mabuk yang teramat sangat tinggi dan nikmat.

Ah... maafkan, aku mulai melantur. Tapi bukan ciuman itu yang aku ingin sampaikan. Ciuman yang dibahas dalam tulisan teman adalah sebatas ciuman bibir antara kedua insan yang sedang memadu kasih untuk mencari cinta.

Pada kenyataannya, pandangan setiap orang akan ciuman tentu berbeda. Karena masing-masing memiliki tekniknya tersendiri. Ada yang mencium seperti mematuk, bagai unggas mencari pangan. Ada pula yang mencium seperti menyedot layaknya vacuum cleaner untuk membersihkan kamarku yang penuh debu ini. Ada pula yang tidak bisa membedakan mencium dengan menjilat... seperti yang dilakukan oleh seorang sekertaris binal penuh kreativitas untuk menggabungkan kedua hal itu agar cepat mendapat kenaikan jabatan atau pendapatan lebih.

Menurutku, ciuman pertama adalah yang terpenting. Karena ciuman itu penuh dengan misteri. Berbagai intrik dan cara digunakan agar mampu mendapatkannya. Sebelum itu semua tercapai, seraya kita berusaha maksimal untuk menggapainya dan saat waktu luang datang pikiran kita dipenuhi oleh imajinasi bagaimana ciuman itu akan terjadi.

Ciuman pertama selalu datang disaat-saat yang tidak terduga, disaat kita lengah dan dengan liciknya hal itu terjadi begitu saja. Lalu tertanam dalam memori kita untuk seumur hidup. Ciuman pertama tidak akan seindah apa yang dibayangkan, tidak akan sesuai dengan kondisi yang kita inginkan dan menghampiri disaat yang terburuk. Jauh dari segala mimpi.

Ciuman pertama, menurutku secara pribadi... adalah segalanya. Ciuman yang akan menentukan kemana arah masa depan yang saling mencium, berpisah atau berjodoh sampai maut memisahkan.

Faktanya hingga saat ini --- akan aku jelaskan dengan perlahan-lahan dan dia pasti marah apabila membaca tulisan ini --- ciuman pertama tidak bisa dinilai. Ciuman pertama dipenuhi milyaran makna. Sedangkan untuk ciuman kedua, ketiga dan seterusnya hingga ciuman ke sembilan ratus sembilan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan ciuman berikutnya hanya sebuah...



Rutinitas.



Namun entah mengapa jiwa ini selalu haus akan ciuman, meskipun sudah menjadi rutinitas. Selalu saja ada percikan-percikan kecil bagai kembang api yang menyala disaat seluruh komplek berada dalam kegelapan akibat pemadaman lokal.

Yah, setidaknya begitu. Jangan bosan untuk menciumku ya.