Keheningan Sesaat

Aku yang hidup layaknya binatang, semua memanggilku seraya berseru “Hey bajingan!” dan aku hanya tetap diam menerima semuanya. Malam ini begitu sunyi, siulan angin pun tak terdengar, bintang-bintang bersembunyi, bulan pun tak mau bersinar. Aku hanya duduk dan berpikir, sedang apa yang aku lakukan sekarang? Apa yang telah aku perbuat dahulu kala? Bagaimana nasibku di masa yang akan datang?

Hati ini terasa pedih, mahluk nista ini untungnya masih memiliki hati. Akhir-akhir ini aku hanya berfoya-foya, menghilangkan kesadaran diri, demi mencapai pencerahan hidup yang belum juga aku dapat. Mungkin ini karmaku, karena aku telah berbuat seenaknya, namun aku tak menyesal. Semua itu ada jalannya…

Wanita itu telah pergi, dan aku tak bisa berbuat apa-apa. Tetap hanya disini, duduk sendiri. Kesadaranku mulai hilang, dan aku mulai melihat ilusi yang tak kunjung habis. Yang lucu adalah, demi mengutarakan semua ini, aku harus menghilangkan kesadaranku, demi berkata jujur dari hati yang terdalam.

Hanya ini yang aku bisa lakukan sekarang. Menunggu dan berharap terus-menerus, sambil menyusun kata-kata yang tak menentu namun mencerminkan hati yang hitam ini. Dunia terus berputar, namun terkadang seseorang berhenti berjalan dan melihat ke belakang. Ironisnya, beberapa orang… setelah melihat kebelakang, mereka lupa untuk kembali melihat ke depan dan berjalan kembali.

Sebagian dari diriku telah hilang, namun kenangan ini tak mau kulepas. Dia yang bagaikan sebuah potongan puzzle yang terakhir, mengisi hati ini dengan penuh, akhirnya jatuh terlepas dan kemudian hilang entah kemana. Akhirnya, aku tak bisa menjadi utuh… kecuali memulai dari nol, menjadi gambar baru.

Nafas ini terasa sangat berat, aku menjadi manusia yang rusak, mata ini sekarang hanya memancarkan sinar kesedihan. Aku telah memilih jalan yang berbeda, dimana orang berbondong-bondong melewati kanan, aku dengan susah payah menempuh kiri dan dicemooh oleh yang lain. Aku telah hidup dengan berdosa, karena dosa membuatku kuat. Dosa-dosaku yang telah membuat aku merasa menjadi manusia. Aku terima segala resiko dan konsekuensi karena telah memilih jalur ini. Aku tak percaya tuhan, malaikat, agama, akhirat… (aku tak peduli orang mau berpikir apa) setidaknya aku peduli dengan cinta dan kemanusiaan.

Catatan: Sumber lawas.