Seberapa seramnya pembimbing skripsi?

Mau tahu seberapa seram pembimbing skripsi yang berhasil membuat pusing tujuh keliling mahluk super jenius seperti aku ini? Baca saja curatan hati seorang teman seperjuangan.

--- Aku Berusaha Kuat, Tanpa Pernah Tahu Kapan Semua Ini Berakhir... ---

Aku masih ingat, saat usiaku menginjak angka 17, memakai baju serba pink diantara ratusan calon mahasiswa yang tengah ospek, aku berkata
"Aku akan lulus di saat umurku masih 20 tahun..."

4 tahun kemudian...

Seorang remaja beranjak dewasa, tidak... aku sudah cukup dewasa kupikir (haha...) menemukan bahwa hidup tak pernah semudah yang dibayangkan. Tak pernah bisa semulus yang aku harapkan. Selama hampir 4 tahun aku terlalu obsesif untuk mengejar sebuah kesempurnaan nilai, dan aku hampir mendapatkannya. Selama 20 tahun hidupku, aku tak pernah mengerti arti sebuah kekalahan. Karena aku hampir tak pernah mengalaminya. Selalu menjadi yang terdepan dalam banyak hal, yang tanpa sadari itu semua bukan semata karena aku kuat, aku pintar, atau aku hebat. Itu semua karena Allah kasihan padaku. Allah tahu bahwa aku belum cukup kuat untuk menerima kekalahan pada waktu itu...

Dan sekarang, aku baru mengerti rasanya kalah. Terpuruk dalam kekecewaan tanpa pernah mengerti bagaimana cara untuk kembali berdiri. Mungkin saat inilah Dia menganggap aku cukup kuat untuk menerima bahwa kekalahan yang justru akan membuat aku kuat di kemudian hari.

Aku tak pernah tahu kapan skripsi ini berakhir. Cum laude tak pernah berguna saat ini. 3,85 angka yang cukup baik bagiku, tapi seperti sampah sekarang di mataku. Skripsi tidak ada hubungannya dengan intelektual seseorang, kupikir... tapi lebih kepada sebongkah keberuntungan. Aku siap berargumen untuk hal itu.

Kupikir dosen pembimbing itu yang terbaik, ternyata malah menyesatkanku dalam putaran obat nyamuk yang tak pernah ada akhirnya. Aku lelah dengan semua ini. Otakku terperas habis untuk mengikuti kemauan sang dosen. Begitu banyak yang harus aku lakukan, tambahkan, sempurnakan,,,, dia menginginkan sebuah kesempurnaan skripsi yang aku tak pernah tahu, seperti apa wujud skripsi sempurna itu??

11 x revisi sebelum kolokium menurutku angka yang fantastis. Bosa dan lelah. Hampir setiap malam aku menangis, berfikir, apakah aku telah salah memilih jalan saat itu? Keputusanku untuk mencoba konsentrasi baru sepertinya malah membuatku menjadi kelinci percobaan. Aku ingin kembali ke masa itu, dimana aku memilih konsentrasi yang jelas-jelas bisa mengantarkanku ke gelar sarjana hanya dalam waktu 2 bulan saja.

Berulang kali mengganti topik, revisi di bagian-bagian yang tak terlalu penting, mementahkan kembali semua konsep, menyalahkan buku panduan sehingga kami kehilangan arah, tak menerima teori pakar lokal, tak memberi tahu saat kami membutuhkan jawaban, membiarkan kami kebingungan...

Tambahan penderitaan itu adalah kami hanya memiliki waktu 1 minggu untuk bertemu dengannya, semakin membuat kami tak berani berharap untuk memiliki target "kapan bisa lulus??"

Tambahan kedua adalah kami harus menguasai semua aspek manajemen beserta seluruh teorinya, heloooo..... berapa ratus halaman yang harus kami buat jika skripsi biasa saja hanya beberapa variabel dari aspek manajemen tersebut? Dan kami ada sekitar 30 variabel lebih...,

11 kali bimbingan, belum ada pencerahan berarti :(

Aku belum menjadi seorang wanita yang kuat, tapi aku berusaha untuk menjadi seperti itu. Selalu ada hikmah di balik setiap kesulitan. Bahkan pembimbing kedua aku berkata :

"Biasanya, kalau skripsi kamu dipersulit, berarti ada kemudahan lain yang Allah berikan. Dia Maha Adil. Bisa saja kemudahan itu diberikan pada bisnis kamu sekarang."

Amin ya Allah. Lega banget pembimbing kedua itu begitu mengerti perasaanku, meskipun dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolongku.

Dalam shalat malamku semalam, aku menangis. Mengadu pada Sang Pencipta, jika memang ini yang terbaik, aku hanya ingin diberikan kelapangan hati untuk menerimanya. Aku ingin ditunjukkan pintu kebahagiaan lain jika memang kelulusan itu begitu sulit kugapai. Aku berharap "opportunity" itu segera kupahami.

Hari ini, dosen pembimbing itu lagi-lagi tak ada, padahal hanya hari kamis aku bisa menemuinya...hhh...

Aku memang tak terlalu peduli kapan aku bisa lulus. Toh aku tak terburu-buru harus mencari pekerjaan setelah ini. Well, aku memang tak ingin bekerja, aku ingin memilih jalan lain untuk sukses. Aku tahu, pikiranku sangat picik. Aku ingin cumlaude hanya untuk bahan cerita pada anak-cucu. That's it...

Hahaa....

Pasti Allah tahu apa yang lebih kubutuhkan saat ini, dan aku percaya pada-Nya. Mungkin... (setengah berharap), Allah mendengarkan doaku yang lain, yang mungkin akan menyulitkan aku jika aku cepat-cepat lulus saat ini. Doaku yang lain : Semoga Allah memberika kemudahan rezeki dalam usahaku, agar saat aku lulus, kemapanan itu telah aku raih.

Amin...


Aku tak ingin semakin terluka oleh kekalahan ini. Hidupku, tawaku, impianku, serasa dijungkirbalikan ketika fakta bahwa "kapan aku bisa lulus?" tak bisa aku jawab secara pasti. Aku berusaha menerima saat ini, mencari kebahagian lain agar aku bisa kuat dan tetap berkata pada mama papa :

"Ma,,, pa,,, maafin resti karena belum bisa menjadi sarjana dalam waktu dekat ini. Tapi res janji, res akan bahagian kalian dengan cara yang lain. Memperlihatkan bahwa aku telah hidup mandiri sekarang, kupikir aku ingin kalian tahu bahwa sebelum menjadi sarjana pun, aku telah semakin dewasai bahwa menjalani hidup itu gak semudah impian...

Bahwa selalu ada batu sandungan ketika kita berjalan...
Bahwa musuh dalam selimut itu selalu ada...
Bahwa orang di sekeliling kita tak selamanya sebaik wajahnya...
Bahwa kehilangan adalah hal yang biasa...
Bahwa ini... adalah dunia nyata. Dunia dimana tak selamanya aku bisa bergantung pada orangtua. Dimana mungkin saja ketika kalian pergi meninggalkan dunia, aku tetap harus bisa sekuat hari-hari biasa."

Semoga kekalahan ini segera berakhir. Aku ingin kuat, karena itu aku harus bertahan. Aku tahu Allah akan memberikan hadiah "sarjana" itu di waktu yang tepat, meskipun sekarang masih menjadi sebuah misteri. Kapan aku diberikan kemudahan untuk bisa segera lulus...

Oleh : Restiani Nur Fauzi

Sumber


Haduh, masih lama lagi 1 tahun buat ganti pembimbing. Dasar birokrasi institusi pendidikan tinggi negeri.