Ingin Dibutuhkan, Butuh Diinginkan

Semua orang ingin dimengerti, sayangnya...
Belum tentu semua orang butuh untuk mengerti.

Yah sudahlah, toh...
Mereka semua akan bergandengan tangan di dunia lain.

Ah... maaf, aku lupa.
Ada yang namanya surga dan neraka.

Yah setidaknya aku masih bermimpi...
Agar semuanya saling memegang tangan orang yang disampingnya.

Mari kita membuat jembatan antara surga dan neraka.
Biar semua sama-sama bahagia... atau sama-sama menderita.
Tanpa perbedaan.



Haaaah... pasti membosankan.

Madmen & Poets versus Soulgrifter & Ill-Esha - Save Me

I'm in the mood for liquid, so tonight I'll give you all my-dearest-loyal-visitor-of-this-shitty-blog another soothing tune. Madmen & Poets versus Soulgrifter & Ill-Esha made this tune, called Save Me.

Special thanks as usual for Liquicity who uploads this romantic tune, also for illeshadj who save me from all the troubles hearing and looking for the lyric. Cheers mate!

Well hope you enjoy this one. :)
Here's the lyric:

We're gonna act like it's me holding you down

Carry on in these shambles, throwing it all away
I ain't gonna ramble all night just to keep you through the day
They're all saying I'm crazy and I'm so tired of maybes
I'm gonna go make my own way cause I don't need you to save me

Always going on about your confusion
Sucked into reality's illusion
Boy I don't know why you're blaming it all on me

All those nights where I tried to bring the light
Kissed your body left to right left my heart in sight
Still you're talking like our love is gravity


Syncopix - Nightlistener

Stumbled upon this one on my iTunes, this is best if you want some nightmare. Personally, I consider this tune as Syncopix masterpiece (and many more yet to come, hope so). Well this is Nightlistener.

Special thanks to teggggR who upload this shit! This one also by far my favourite Syncopix's tune mate. Enjoy the calming crickets sound, the 'all that' voice sampling and the best part... hellish guitar riff! You guessed it yourself. :)

Awal Mula Segalanya

Kala itu hanya ada sebuah titik bernama 'ketiadaan'
Lalu entah karena apa, berevolusi menjadi sesuatu
Kemudian seiring berputarnya roda waktu...

Sesuatu itu hancur! Entah karena apa pula
Sesuai garis takdirnya, perlahan namun pasti
Menuju kematian dan kembali menuju 'ketiadaan' yang baru....

Hingga siklus itu terus berulang...
Kekal tanpa pernah terputus
Sebuah lingkaran yang sempurna dalam cacatnya yang tiada tara

Short Love Conversation

"You're heartless!" She yelled at me furiously while her cheeks bathe with sparkling tears.

I kept silent, after a second that feels like eternity,
Trillions of pain and ache flow freely,
Then I spoke...



"You're wrong. I never have one."

The More

The more I look
The more I fell

The more I think
The more I miss

The more I touch
The more...

I want to destroy it,
Without a single trace left.

Camo & Krooked (feat. MC Tali) - The Verve

Last time I heard about MC Tali was her song called Blazin. Not much news after that, in my opinion. But now Camo & Krooked did some collaboration (I think) with her, and it managed to fascinate me. Enjoy this song, it called The Verve. :)

I really love all the instrumentals, synths and effects. Nice work! Will make you sing a long, I guarantee. Mad tune!

As usual, here's the lyric (hope you're all who view this will correct it if I'm wrong):

Boy, you've got me awfully good out (?)
You got me all worked out

And I know that way

DJ, baby!

All of my life, I've been waiting for you
All of my life, I've been wanting you too

Falling, falling, falling, falling for you
You got me falling for you



Special thanks to Overloop420 who humbly share this tune on Youtube. Cheers!

Satu Lagi Pertanyaan Sulit

Apakah sebuah penderitaan itu?

Apa arti dari penderitaan manusia?

Apa penyebabnya?

Yang aku tahu...
Tuhan sangat peduli akan semua itu, sampai akhirnya...



Ia memutuskan untuk mengacuhkan segalanya.

Aku Tetap Bingung

Kenapa, kamu masih saja bersamaku?

Sudah jutaan kali kamu menangis karena kebodohanku
Namun air mata itu masih belum menjadi tetesan darah

Dan aku... belum bosan.

Walaupun sudah jutaan janji manis aku berikan
Detik kemudian aku ingkari

Kamu... masih saja kembali kepadaku.

Kata orang bijak, cari tahu apa yang membuat seseorang marah
Maka niscaya engkau akan lebih mengenalnya

Aku selalu membuatmu marah
Karena kesalahan bodoh yang sama berulang kali

Lagi, dan lagi, dan lagi, dan lagi
Tapi...

Kamu masih setia kembali kepadaku.

Oh! Alas!



Lepaskanlah dirimu dari badanku... wahai bayangan.

Grafix - Let Go

I don't know what's wrong with me, am I a fanatic? But, this type of music always fucking blow my mind! Whenever, wherever. Never get bored listening to DnB.

Simple but godlike tune!

Well, this is Grafix. The tune called Let Go. Enjoy! Special thanks to PhysicalDnB for uploading this. I heard it the first time on Hospital Podcast 114 last night.


Still Can't Handle The Focus!

I flipped my Holga lens long time ago, been busy for a while. Today, I decided to shoot for the weekend, fun stuffs. But goddamnit, I still can't handle the fucking focus due to the shitty lens (just kidding, it's a great camera --- but my knowledge is far from expert, the flipped lens causes so many random unpredicted value). Anyway hope you enjoy. I forgot use what film, Kodak Elitechrome VS... if I'm not mistaken. By the way, as usual it was cross processed.

She's a beast, after owning her for 5 and half years... I still can't tame her (read: my Halia, that's my Holga name). :(









Dalam

Kenapa ada yang namanya bunuh diri?

Apakah bunuh diri itu salah?

Bukankah itu semua hanya sebuah pilihan yang memiliki konsekuensi, dimana ada yang bilang itu sah-sah saja tetapi beberapa langsung mengutuk pasti masuk neraka. Lalu...

Mengapa orang bunuh diri?

Para bijak mengatakan bahwa hidup itu indah. Seperti surga itu sendiri. Namun...

Apa itu indah?

Bagaimana sesuatu bisa dianggap indah?

Semakin dalam mencari, semakin sedikit yang akan diketahui. Semakin jauh dari tujuan yang ingin dicapai, tersesat terus dalam labirin kecil yang terlihat sangat megah.

Jatuh, jatuh dan terus jatuh...
Ke dalam lubang yang paling hitam
Penuh kegelapan...

Seperti tersandung dan terbang menukik tajam ke bawah, di dalam sumur... di tengah hutan. Ketika melihat ke atas secercah cahaya besar, padahal itu hanya secuil dari sebuah bintang kecil. Lalu waktu berjalan, detik tiap detiknya...

Perlahan cahaya itu makin lama mengecil, pada akhirnya...

Apakah cahaya itu terlihat lagi?

Sedangkan gravitasi masih saja terus menarik masuk untuk menyelam lebih dalam lagi. Terpana serasa terbang, berusaha melebarkan tangan dan mengepakkannya layaknya sepasang sayap. Kebebasan! Dalam sebuah ruangan yang menyekap, kelam dalam kelam yang makin pekat.

Apakah itu benar jatuh namanya?
Atau malah terbang?

Apakah benar sumur ini memiliki dasar?
Atau tidak?

Sehingga tiap detik yang berlalu terasa sangat lama, lama, lama sekali. Mungkin 7 dari 8 keabadian.

Siapa yang berani menjamin?

Aku hanya tahu satu hal, cahaya itu masih tetap ada. Namun mata lemah milikku ini tidak bisa melihatnya lagi, meskipun itu hanya sebuah sinar kecil secuil dari bintang mungil yang bernaung dalam sebuah ruang yang tak terhingga.



Oh... ini toh, rasanya terbang.



Atau jatuh?

Alanyssa dan Mimpinya

Alanyssa, begitu orang-orang memanggilku. Nama yang muncul dari sebuah kertas yang ditinggalkan kedua orang tuaku, setidaknya itulah yang diceritakan nenek kepadaku... ketika aku masih seonggok daging mungil nan lucu yang tak mampu mengingat apapun jua.

Nenek bilang kepadaku bahwa ia menemukan sebuah bayi di depan pintu rumahnya yang bobrok. Entah orang tua macam apa yang punya pikiran meninggalkan buah hati mereka di depan sebuah gubuk. Hanya dengan sebuah kertas bertuliskan Alanyssa, dan itulah yang menjadi namaku sekarang.

Aku hidup apa adanya, serba pas-pasan. Aku tahu bahwa hidup nenek sebatang kara sudah cukup menyusahkan bagi dirinya sendiri, belum ditambah dengan beban hidupku ini. Aku sayang kepada nenek seperti ibu kandungku sendiri, ia rela berkorban segalanya untuk memelihara diriku ini. Karena itu aku selalu patuh atas apa yang nenek katakan kepadaku.

Seumur hidupku, aku selalu beruntung. Setiap yang aku inginkan pasti terkabul, bagaimanapun caranya. Entah mengapa itu semua bisa terjadi, yang jelas seluruh kebahagiaan itu senantiasa aku bagi dengan Nenek.

Sampai pada saat itu...

--------

Umurku 17 tahun, tepat jam 12 malam aku begadang bersama Nenek untuk merayakannya. Semua hanya sebuah pesta kecil-kecilan antara kita berdua. Nenek dengan senyum dan pipinya yang sudah mengeriput berusaha membawa kue bolu kecil berwarna coklat dengan lilin merah kecil di atasnya dan memberikan kue itu kepadaku. Aku terharu, air mataku menetes. Namun aku harus tetap teguh dan berdiri dengan kakiku sendiri agar bisa merawat Nenek ketika aku sudah mapan nanti.

Setelah bernyanyi berdua dan saling memeluk hangat, akhirnya aku kelelahan dan bergegas untuk tidur. Waktu itu aku masih ingat bermimpi tentang sebuah tempat pensil berwarna pink yang tergeletak dibawah sebuah gerobak.

Pagi harinya, seorang temanku mengeluh bahwa ia telah kehilangan tempat pensilnya. Sebuah benda kesayangan yang merupakan peninggalan almarhum ayahnya. Lalu tanpa aku sadari aku bertanya kepadanya...

"Apakah tempat pensil itu berwarna pink?"

"Hah! IYA! Kamu tahu darimana Nyssa? Padahal tempat pensil itu jarang aku keluarkan dari tas dan selalu aku jaga baik-baik."

"Tenang saja, sepertinya aku tahu dimana tempat kesayanganmu itu."

"Benar? Tolong ya."

"Sudah, ikut saja denganku."

Aku membujuknya untuk keluar dari kelas bersama-sama, dengan trik untuk buang air kecil. Pertama aku keluar terlebih dahulu lalu menunggunya. Kemudian lima menit berikutnya temanku itu keluar kelas dengan trik yang sama. Lalu aku mengajaknya pergi menuju kantin. Sebuah tempat kecil penuh sesak dengan banyak gerobak milik pedangang makanan.

Aku mulai mencari satu demi satu dibawah gerobak-gerobak itu, tak lama kemudian aku menemukan sebuah kotak kecil yang terbuat dari alumunium. Tentu saja kotak itu berwarna pink, betapa bodohnya orang yang bertanya. Lalu aku menunjukkan kepada temanku apa yang berhasil aku temukan. Ternyata memang benar itu adalah kotak pensil kesayangannnya dan semenjak itu semua orang percaya bahwa aku memiliki bakat untuk meramal.

--------

Hari-hariku kemudian dipenuhi oleh segala mimpi yang tidak jelas, sampai esok harinya baru terjawab apa arti mimpi tersebut. Terkadang aku tertidur lelap dan lupa akan mimpi tersebut namun... kebanyakan aku terbangun di tengah malam karena mimpi-mimpi tersebut. Hingga akhirnya...

Malam itu --- tanggal 23 Maret 2010 --- aku bermimpi bertemu dengan seorang pemuda tampan di sebuah restoran ternama. Aku mengobrol dengan pemuda misterius yang begitu tampan sehingga waktu terasa berhenti berputar. Pemuda itu mengajakku bermain ke rumahnya dan aku menyetujuinya tanpa berpikir panjang, entah mengapa. Mungkin karena pemuda itu begitu tampan dan memiliki paras yang dapat dipercaya, mungkin. Lanjutan mimpi itu aku tidak begitu ingat.

Aku terbangun dengan hati yang berdegup kencang layaknya kuda pacu yang baru memenangkan sebuah lomba terakhirnya. Bangun tidurku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi. Kemudian pergi menimba ilmu seperti biasanya di sekolah.

Hari itu ulang tahun temanku, dan aku tidak tahu. Betapa bodohnya dan tidak pengertian diriku, tanpa rasa penasaran dan kasih sayang... toh ini semua adalah efek samping dari segala mimpi-mimpi keparat itu yang merenggut semua kejutan dalam hidupku yang singkat ini. Ia mengajakku untuk merayakan bersama hari dimana ia lebih tua setahun dan lebih dekat lagi dengan kematian, untuk berpesta pora di tempat rahasia.

--------

Sore harinya, setelah pulang sekolah aku langsung merapikan diriku dan memilih baju mana yang cocok untuk dipakai ke pesta ulang tahun temanku itu. Karena ia sebentar lagi akan datang untuk menjemputku sebagai tamu spesial yang berhasil mengembalikan benda peninggalan almarhum ayahnya itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tidak ada secuil tanda-tanda akan kedatangan temanku itu. Aku hanya terus menunggu...

Biiip biiip biiiiiiiiip. Bunyi klakson sebuah mobil menyadarkan diriku dari fantasi sejenak. Ternyata itu adalah temanku yang sedang berbahagia merayakan ulang tahun ke 17. Secepatnya aku melangkahkan kaki untuk pergi naik ke mobil itu, tak lupa untuk mengucap salam sembari meminta izin kepada Nenek untuk pergi.

Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya aku sampai ke tempat misterius itu... yang bukan sebuah kejutan. Aku pernah melihat tempat itu. Sebuah restoran ternama yang pernah aku lihat dalam mimpi itu. Sialan!

Tapi aku tidak berkecil hati, karena seingatku... aku bertemu dengan pemuda tampan dalam mimpiku itu. Maka aku memutuskan untuk melanjutkan sandiwara pesta ulang tahun ini.

Ketika aku pertama kali masuk, mataku seperti burung hantu --- membelalak besar dengan leher menengok kiri kana seperti radar --- yang sedang memburu makan malamnya. Mencari dimana pemuda itu duduk dan tidak sabar untuk berkenalan dengan dirinya. Namun setelah 2 jam berlalu, tidak ada tanda-tanda kehidupan akan pemuda impianku itu.

Aku menyerah aku duduk sendiri di meja bundar kecil yang terletak di pojok ruangan, sendiri... merenung seperti biasanya.

--------

"Hei, sendiri saja. Boleh aku temani?"

"..."

"Kok diam saja? Kaget ya? Padahal aku sudah memberi pertanda lewat mimpi, bukan?"

"Ah.. maaf," Hanya itu yang dapat aku ucapkan ketika melihat pemuda tampan itu. Mimpiku ternyata tidak pernah salah.

"Aku mengagetkanmu ya?"

"Tidak kok, aku saja yang senang melamun."

"Oh ya, boleh aku berkenalan denganmu? Namamu Alanyssa, ya kan?"

"Ah, bagaimana kamu tahu namaku?"

"Itu mudah saja. Kamu seorang gadis yang masih perawan, hidup berdua saja dengan nenekmu karena dibuang oleh kedua orang tuamu."

"Tidak mungkin kamu tahu akan hal itu, hanya aku dan Nenek saja yang tahu akan hal itu!" Aku mulai panik dan ketakutan.

"Tidak perlu takut, jadi bolehkah aku berkenalan denganmu?" Pemuda tampan itu menjulurkan tangannya.

"Ah.. Namaku Alanyssa, tentu saja kamu sudah tahu akan hal itu."

"Namaku Tuhan."

Saat itu, sedetik terasa seperti keabadian. Aku bahkan tidak bisa merasakan detak jantungku sendiri. Ketakutan yang aku rasakan perlahan sirna. Tidak ada setetes keringat dingin yang mengalir dan tanganku tidak gemetar karena gugup. Semuanya entah terasa begitu sempurna.

"Ah... bercanda ya?" Aku bertanya, masih dipenuhi rasa penasaran.

"Tidak kok. Sudah ikut saja denganku. Mari pergi ke rumahku. Ok?"

"..."

"Apa lagi yang engkau tunggu wahai Alanyssa, perawan cantik yang hidup berdua dengan neneknya?"

"Baiklah... tapi, pastikan aku pulang dengan selamat ya."

"Tentu saja! Memangnya kamu kira aku ini siapa."

Malam itu aku pergi tanpa mengucap pamit kepada temanku yang sedang berpesta pora, aku tahu itu bukan tempat dimana seharusnya aku berada. Tapi... pergi tanpa mengucap pamit sepertinya melanggar etika. Persetan! Toh aku sudah diculik oleh Tuhan.

--------

Akhirnya aku sampai di rumah pemuda tampan itu, sebuah istana nan megah yang segalanya terbuat dari emas murni. Tanahnya seperti lelehan batangan emas yang empuk. Tanaman-tanaman di kebunnya seperti perhiasan dan bangunan rumahnya... ah aku kehabisan kata-kata untuk menggambarkannya. Intinya semua yang ada berkilau sangat indah mengalahkan malam yang paling cerah dihiasi milyaran bintang.

"Silahkan masuk."

"Ah... terima kasih."

"Kamu ingat apa yang kamu lakukan disini dalam mimpimu?"

"Ah... tidak, terkadang aku ingat mendetil segalanya namun tak jarang aku hanya ingat sepotong saja."

"Baguslah. Memang dari awal itu rencanaku. Mari masuk, anggap saja rumah sendiri."

Ia mengajakku tur keliling rumahnya yang jauh lebih menyenangkan dibandingkan waktu ke Dunia Fantasi untuk pertama kalinya, seperti mimpi namun ini sebuah kenyataan. Mulai dari ruang tamu hingga ruang tidur, semuanya serba megah dan terbuat dari emas. Berkilau kuning dan menyala-nyala, memberikan kehangatan tiada batas.

Sampai pada akhirnya ia menunjukkan sebuah ruangan terakhir...

"Ini, aku beri hadiah sebelum masuk ke ruangan terakhir dari rumahku ini. Setelah itu tidak ada misteri lagi." Pemuda tampan itu menyerahkan sebuah benda berharga.

"Untuk apa koin emas ini? Yakin mau memberikannya kepadaku?"

"Kamu lupa siapa aku? Sudah terima saja, toh menunggumu untuk tertidur lalu bermimpi akan memakan waktu yang lama."

"Terima kasih banyak, mari kita masuk bersama-sama."

"Ah, aku harus ke kamar kecil. Sudah dari pesta tadi aku menahannya, kamu pergi saja sendiri, ok? Tenang saja."

Pemuda tanpan itu secepat cahaya melaju, menghilang dari pandanganku. Aku sendirian terpana kemudian memutuskan untuk masuk ke ruangan terakhir yang masih menjadi misteri bagiku. Sebuah ruangan dengan pintu emas dengan ukiran-ukiran motif kuno purbakala.

--------

Ketika aku masuk ke dalam ruangan itu, tidak seperti ruangan yang lain. Ruangan itu gelap, yang ada hanya dua buah kursi dan meja yang tentu saja terbuat dari emas murni serta sebuah lampu gantung yang terbuat dari emas murni pula. Aku tidak tahu harus melakukan apa dalam ruangan itu, aku memutuskan untuk mendekati sumber cahaya itu. Rasa penasaran mengundangku, aku kemudian duduk di salah satu kursi emas itu.

Di atas meja itu terdapat sebuah pistol kecil yang terbuat dari emas putih, sebutir peluru dari emas putih. Aku tidak tahu untuk apa gunanya, namun... tiba-tiba sesosok mahluk hitam muncul dan duduk di kursi yang lain. Persis berhadapan denganku. Mahluk hitam yang bentuknya menyerupaiku, tanpa wajah namun ukurannya sama persis denganku.

Aku mencoba mengangkat tubuhku dari kursi emas itu, namun apa daya... sepertinya tubuhku seberat gunung dan akupun tak mampu untuk pergi kabur. Kemudian aku mencoba bertanya kepada mahluk itu.

"Siapa kamu?"

Tidak ada jawaban. Dia masih saja duduk di kursi emas itu dengan posisi yang persis sama denganku.

"Kalau tidak menjawab, untuk apa muncul dihadapanku?"

Masih saja tidak ada jawaban. Aku sangat ketakutan, lalu memutuskan untuk berteriak sekencang-kencangnya dengan harapan pemuda tampan itu datang untuk menolongku sembari menaiki kuda dari emas seperti dalam imajinasiku.

"TOLONG! TOOOOLLLLOOOONNNG!"

"Sssst DIAM!"

Mahluk itu akhirnya mengeluarkan kata-kata, aku terperanjat. Namun yang lebih menghebohkan lagi, mahluk itu sepertinya sedang berbicara langsung dengan batinku, akal pikiranku... selayaknya telepati.

"Ah, ampun. Siapa kamu? Kamu itu apa?"

"Kamu suka bermain?"

"Ampun, aku takut."

"Kamu tahu apa itu Russian Roulette?"

"Aku tidak suka bermain, ampuni aku. Maaf."

"Tidak bisa, setelah duduk disini harus mau ikut bermain."

"Baiklah, bagaimana caranya?"

"Di depanmu ada sebuah pistol dan peluru yang terbuat dari emas putih. Masukkan peluru itu kedalam pistol dan putar selongsongnya lalu kunci ke posisi awal."

"Ah.. aku tidak tahu bagaimana caranya."

"BODOH! Merepotkan saja, disuruh hal mudah seperti itu saja tidak bisa" Mahluk itu marah sembari menggapai pistol dan peluru emas putih itu.

Klik, klik klik, klik klak... Selongsong sudah memutar teracak dan pistol terkunci ke posisi awal. Permainan siap untuk dimulai.

"Ampun, kamu itu siapa?"

"Aku itu..."

"Apa? Apa? Apa?" Aku terus saja berteriak penuh tanya.

"Lihat ke bawah."

"Ada apa di bawah?" Aku melihat ke arah lantai dan keringat dingin perlahan mulai menetes.

"Lihat saja."

"Tidak ada apa-apa. Hanya emas."

"Kamu bodoh sekali, dimana ada cahaya disitu ada... ?"

Ketika itu aku baru tersadar bahwa bayanganku telah raib menghilang. Mungkinkah mahluk yang ada di depanku itu adalah perwujudan dari bayanganku sendiri?

"Sudah kita mulai saja permainannya."

"Ampun, aku tidak salah apa-apa. Mengapa kamu melakukan hal ini?"

"Sssst! Diam! Nikmati saja... dan karena kamu tamu. Sedangkan tamu itu adalah raja, er... ratu maksudku. Maka tembakan pertama untuk dirimu."

"Ahhh ampuuuun!"

KLIK! Bunyi pelatuk tanpa ledakan.

"Sial! Kamu beruntung."

"Ah.. syukurlah. Sekarang giliranku, bukan?"

"ENAK SAJA! Kamu itu tamu. Sedangkan tamu itu adalah raja, er... ratu maksudku. Maka harus dijamu habis-habisan. Tembakan kedua tentu saja milikmu juga."

"Ampun, apa salahku?" Aku kebingungan dan bertanya kepada diriku sendiri mengapa aku bisa terjebak dalam situasi seperti ini.

KLIK! Lagi-lagi bunyi pelatuk tanpa ledakan.

"Gadis perawan tidak tahu diri! Beruntung dua kali berturut-turut, Tuhan menyukaimu mungkin."

"Kapan giliranku? Jangan bermain curang!" Aku mendesak mahluk itu untuk memberikan pistol emas putih itu kepadaku.

"Hehehe, enak saja. Kamu itu tamu. Sedangkan tamu itu adalah raja, er... ratu maksudku. Tembakan berikutnya tetap saja akan menjadi jamuan untukmu. Tidak ada keberuntungan untuk ketiga kalinya."

Saat itu aku tidak tahu harus berbuat apa, yang mampu aku lakukan hanyalah mengenggam koin emas pemberian pemuda tampan itu dengan telapak tangan kiriku. Saat itu pula aku teringat pesan nenek: "Alanyssa, di jagad raya ini tidak ada mahluk yang mendapatkan keberuntungan tiga kali berurut-turut. Bahkan Tuhan sekalipun."

"Sudah siap?"

"Ampun, berikan aku beberapa detik untuk berdoa terakhir kalinya."

"Jangan pakai lama hehehe..."

Lalu aku memejamkan mata dan berdoa, masih berharap pemuda tampan itu untuk datang menyelamatkanku dengan menunggangi kuda emas. Kemudian aku membuka kedua kelopak mataku, tidak ada pemuda tampan. Mahluk kelam itu masih saja di hadapanku sembari menodongkan pistol dari emas putih. Aku berusaha mengintip, menajamkan indera penglihatanku agar bisa melihat selongsong peluru ada dimana, namun... tidak ada hasil.

KLIK! DOR! Bunyi pelatuk disertai ledakan yang mengaung dalam ruangan itu.

Dengan sekejap instingku mengambil alih pistol emas putih itu dari mahluk hitam brengsek --- yang telah merusak tur hiburan ke istana emas milik pemuda tampan itu ---, aku menembaknya. Tepat di tengah-tengah kepalanya.

"Hehehe, aku tidak bisa mati. Wahai gadis bodoh!"

"Ahhhhhhh!"

"Sekarang giliranku! Berani-beraninya kamu mengambil pistol itu dari genggamanku." Mahluk itu merebut pistol emas putih itu dari tanganku yang kembali gemetar ketakutan.

Lalu aku teringat bahwa cuma ada satu peluru emas putih. Aku selamat, setidaknya itu yang aku pikirkan...

"Hahaha, kamu kira cuma ada satu peluru?"

"Hah! Kamu bisa membaca pikiranku?"

"Tentu saja, lihat ke bawah!"

"Tapi, cuma ada satu peluru... kan?"

"Tidak gadis bodoh, aku sudah siap jika hal ini terjadi. Aku memiliki cadangan peluru."

Dengan tenang mahluk bodoh itu meraba-raba bawah meja dan menemukan sebuah peluru lagi. Kemudian ia memasukkan sebutir peluru emas putih yang baru saja ia temukan... ke dalam pistol laknat itu. Inilah akhir hidupku...

"Sudah siap? Kamu takut menemui ajal? Kali ini aku tidak akan berbaik hati. Aku akan menggenggam pistol emas putih ini dengan sangat erat. Hehehe..."

"Ampun! Aku tidak salah apa-apa!"

"Ssst, diam. Kamu salah karena tidak salah apa-apa hehehe..."

"GILA! KAMU GILA! TOLONG! TOOOOLLLLLOOOOONG!"

KLIK DOR! Bunyi pelatuk disertai dengan ledakan yang jauh lebih meraung dari sebelumnya, kali ini sangat tercium bau mesiu terbakar menyengat... memenuhi segala pikiranku.

--------

Krriiiiing Krrriiiiiiiiiing Kriiiiiiiiiing! Bunyi weker membangunkan diriku dari sebuah mimpi buruk. Untunglah...

Bangun tidurku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi. Lalu aku bergegas pergi ke sekolah untuk menimba ilmu. Sebelum berangkat, karena penasaran... aku bertanya kepada Nenek.

"Nenek, sekarang tanggal berapa ya?"

"Aduh, Nenek kan sudah tua, jadi agak pikun. Sebentar ya, Nenek lihat kalender dulu yang ada di dapur."

"Cepat ya Nek, keburu telat pergi ke sekolah ni."

Aku melihat Nenek dengan kaki kecilnya yang sudah rapuh mempercepat langkahnya menuju dapur.

"Memangnya kenapa menanyakan tanggal Nyssa?" Nenek berteriak sekuat tenaga agar suaranya sampai kepadaku yang sudah duduk di depan pintu rumah.

"Tidak apa-apa nek, aku hanya lupa saja."

"Sekarang tanggal 23 Maret 2010."

"Ah..."

Seketika itu juga aku lemas, jiwaku seolah hanyut dalam banjir besar. Aku meraba kaki-kakiku untuk memulihkan tenaga. Saat itu, ketika aku meraba rok abu-abuku, ada sesuatu yang mengganjal di dalam kantung. Aku merogoh ke dalamnya... di kantung itu terdapat sebuah barang yang sangat berharga, sebuah koin emas murni.

Die & Interface (feat. William Cartwright) - Bright Lights (Rollers Mix)

Well this is another sick tune that you can sing a long.
Rollers mix, by Die & Interface and soothing vocal of William Cartwright.

I present you, Bright Lights. :)

Here's the lyric:

Hold on, time is wasting
So drawn to your bright lights
No more hesitating, so drawn...

What have you done to me baby?
You hypnotize me with your love
Cause you got something I've been craving
And I'm addicted to your drug

Cause I've been waiting for you darling
Won't you stay with me tonight?
I know we can never be together
I just keep on running right to your bright lights

My heart is burning with desire
Baby you should know this ain't no game
If you keep on playing with your fire
Baby we know turning back
You never gonna be the same again

Girl...
I need your love so much
I hunger for your touch

Girl...
I need your kiss
Cause you're the one I miss

Special thanks to dfredbrown for the upload.


Adakah?

Setiap kematian, selalu diiringi dengan teriakan gagak.
Semua dipenuhi kelam,
Gelap dalam gelap yang pekat,
Menggambarkan misteri liang kubur...

Apakah semua gagak memang selalu hitam?

Adakah gagak berwarna putih?

Biarkan aku pergi mencari.

Mana yang Lebih Kuat?

Aku api engkau api
Itu fakta

Ketika engkau terbakar
Aku memanasi dirimu lebih hangat lagi

Lalu engkau meledak
Dan aku...

Menyiramkan segala energi agar menjadi lebih besar
Kemudian semuanya menjadi merah

Asap hitam muncul,
Selalu saja terlambat seperti kiamat

Tak terduga namun pasti

Engkau dengan merah yang menyala
Aku dengan hitam yang melahap semuanya.

Pada akhirnya...
Siapa yang lebih kuat?
Yang mana?



Engkau Jahannam...
Aku Hawiyah.



Seberapa kuat usahamu,
Aku selalu menjadi kerak najis yang akan menopang dirimu.

Selamanya, mandi dalam api.
Berdansa dan melupakan segalanya.

Kemudian semua menjadi kosong...
Terbangun menuju ilusi.



Engkau seperti bintang dan
Aku...

Hitam seperti jagad raya, memelukmu selalu.


Mari kita berdua, bersama selalu...
Seperti bara yang senantiasa bersinar...
Hingga menjadi abu.

Nihil Itu Kosong

Apakah arti dari sebuah nihil?

Nihil memiliki sebuah nilai, meskipun itu hanya sesuatu yang kosong. Apa jadinya kalau jagad raya ini sudah penuh dengan segala isinya, tanpa ada ruang yang tersisa? Sehingga semuanya saling memakan satu sama lain untuk mencari ruang.

Kosong itu perlu. Untuk diisi sebuah materi, untuk diberikan hal tertentu... dan yang lebih utama lagi adalah untuk dibuat menjadi sesuatu.

Apa jadinya kalau nihil itu sama dengan satu? Ya... aku tahu, tiada hanya menciptakan ketiadaaan. Namun, tanpa tiada... tidak ada yang namanya sesuatu.

Aku memuja kekosongan, karena itu suatu hal yang sangat sakral. Bagiku, menurutku.

Benak berbicara kepada akal bahwa kosong itu adalah suatu hal yang murni. Emosi menghipnotis perasaan dan menyatakan bahwa nihil itu adalah kesempurnaan.

Jadi, apa kesimpulannya?

Aku tidak tahu, jiwaku kosong. Selalu rakus akan memakan segalanya dan tetap menjadi hitam. Gelap sepanjang masa, tanpa pernah menjadi sesuatu... serta tetap selamanya setia menjadi kosong penuh kenihilan yang memiliki secuil nilai kecil.

Ah... bukankah ini semua hanya sebuah realita? Atau ilusi? Ketika indera mengecap segalanya dan menganggap itu semua kenyataan, serta diperkuat oleh pandangan mahluk-mahluk lain yang sependapat dan merasakan pengalaman yang sama.

Lalu, aku akan bertanya...

Apakah realita dan hidupmu itu kenyataan?
Sedangkan, apakah realita dan hidup orang buta itu yang sebenarnya?
Atau orang tuli, bisu maupun yang kebas atau dengan jiwa yang kelam ini.

Mana yang merupakan kenyataan sebenarnya? Realita yang paling murni, jujur?

Keduanya? Atau tidak keduanya sama sekali.

APAKAH DUNIA YANG ENGKAU LIHAT SEKARANG SAMA SEPERTI YANG ORANG LAIN LIHAT? APAKAH ORANG YANG DAPAT MELIHAT MEMILIKI DUNIA YANG SAMA DENGAN ORANG BUTA? APAKAH ORANG YANG DAPAT MENDENGAR MEMILIKI DUNIA YANG SAMA DENGAN ORANG TULI? APAKAH ORANG YANG DAPAT MERASAKAN SEGALANYA MEMILIKI DUNIA YANG SAMA DENGAN ORANG YANG KEBAS?

Ah... lagipula kita ini hidup masing-masing. Serta mimpi selalu terlihat lebih nyata dan indah daripada rutinitas. Semoga saja engkau tidak bermimpi buruk malam ini...

Jikalau iya dan memang. Toh rasa takut itu, keringat dingin yang mengucur serta detak jantung yang memacu semakin cepat tiap detiknya pasti akan membangunkan dirimu. Entah menuju apa...

Ilusi atau kenyataan?

Hanya orang yang paling bodoh menganggap bahwa akal pikiran, jiwa, emosi serta otak manusia bisa dipahami sepenuhnya. Sungguh suatu kebohongan yang nyata.

Terakhir...

Aku...

Benar-benar...

Benci...

Akan...

Sesuatu...

Yang...

Bernama...



Sempurna.

Pertanyaan Sulit

Selama aku hidup di dunia ini, aku memiliki beberapa pertanyaan yang sulit... bahkan bisa dianggap sebagai pertanyaan yang sangat sukar untuk dijawab, setidaknya untuk diriku sendiri dan mungkin untuk semua orang lain yang menginjak bumi ini. Beberapa pertanyaan itu terlihat sangat sederhana, namun entah mengapa memutar otak selama tujuh hari berturut-turut belum tentu terjawab. Bahkan ada beberapa orang yang sudah berusaha untuk menjawab selama tujuh tahun tetapi masih belum beruntung. Pertanyaan itu adalah...

"Siapakah aku?"

"Mengapa aku hidup?"

"Apa gairahku dalam menjalani hidup ini?"

...

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Sayangnya aku termasuk orang yang paling beruntung, sehingga beberapa pertanyaan itu telah terjawab. Namun, bukan berarti hal itu memastikan bahwa jawaban itu akan sama dari masa ke masa. Waktu yang memiliki kuasa untuk merubah itu semuanya, tergantung seberapa besar jiwa yang menaungi raga sempit ini.

Bagaimana denganmu?

Netsky (feat. Jenna G) - Moving With You

Yes, this another one is also from Boris. The year 2010 literally spelled Netsky. Jenna's voice fits perfecty in this massive tune. The piano and flute complete the puzzle, hope you enjoy it!

If there are some mistake, due please comment and correct it.
I will truly appriciate it. :)

Here's the lyric :

Right here, it's paradise
So close, face to face, side by side
Every breath we take together
I don't never wanna stop moving with you

Right here, eye to eye
We're so close to heaven deep inside
And so hope speaks together (?)
I don't never wanna stop moving with you

Moving with you
Moving with you
Moving with you
Moving with you

Brighter day and every morning (?)
Afternoon from dusk 'til dawn well,
In evening, on the weekend, every hour, each minute
I don't want to stop moving with you



Special thanks to Overloop420 that uploaded the full version, Thanks mate! Also don't forget to buy the original cd (or download legally) to support the musician. I feel sorry for the 'leaked' case.

Sane In Sane

Everyone thinks that I'm insane
Truth they're all acting in sane.

Emansipasi

Hari ini aku sibuk mengurusi skripsi tapi aku juga tidak lupa menyempatkan diri untuk bermain ke kosan yang para penghuninya adalah beberapa cewek, perempuan dan wanita. Alkisah sore hari itu di tempat tersebut, setelah makan Hoka Hoka Bento paket hemat dengan kol yang segunung akhirnya perutku bermasalah.

Jadi aku menumpang buang hajat di kosan tersebut dan bertarung dahsyat dengan kol-kol yang meloncat gila di sepanjang usus besarku. Setelah selesai, seorang wanita cantik ternyata sudah mengantri di depan pintu. Maklum namanya juga kosan, kamar mandi juga harus saling berbagi.

Lalu muncul sebuah perdebatan sejenak.

X : Sang wanita
D : Aku

--------

X : Lama amat sih.

D : Maaf ya. Semoga baunya tidak mengganggu.

X : Eh, gimana sih? Kan ada banyak cewek disini, kok dudukan toiletnya ga diturunin si?

D : Selamat Hari Kartini sayang.

Dan akupun berjalan pergi dengan santai, menggunakan celana yang masih basah karena tidak mungkin meminjam handuk untuk mengeringkan bulu-bulu pantatku ini.

Sekian.

Life Is...

Always has been a fucked up!

At least that's for me and my life.

But...

I'm enjoying it every second.

That's weird and mysterious at the same time.

So much fun, from happy to tragedy... also irony.

How's yours?

Jangan Asal Jilat

Alkisah di hari Kamis kemarin, aku pergi ke kampus untuk bertemu dengan dosen pembimbingku --- bukan sang 'professor killer' --- tapi pembimbing yang satu lagi. Karena memang ada 2 pembimbing, cuma biasanya kalau yang killer itu sudah bilang ok maka pembimbing kedua juga dapat dipastikan ikut menurut saja.

Namun hari Senin minggu sebelumnya pak tua killer itu sedang mengalami bad mood, hasilnya skripsiku dibuang untuk dievaluasi oleh pembimbing kedua. Lalu aku turuti saja kemauannya daripada nanti makin susah dan disusahkan untuk lulus, langsung aku menuju ruangan pembimbing kedua --- namanya A.M. --- dan hasilnya skripsiku mengalami rawat inap dengan janji seminggu kemudian semoga sudah sembuh.

Karena aku pemalas jadi baru datang hari Kamisnya, sesuai janji --- malam sebelumnya tentu saja aku, yang notabene seorang mahasiswa manajemen selama 5 tahun sudah merasa terdidik harus merencanakan segala sesuatu sesuai prinsip studi jurusan ini, sudah pasti mengirimkan sebuah pesan tertulis ke ponsel A.M. dan mendapatkan konfirmasi pertemuan --- jam 12 siang aku sudah duduk manis di ruangan itu menunggu kedatangannya.

Nah, ternyata rencana tinggal sebuah rencana. Seorang dosen lain --- namanya A.S. --- yang satu ruangan dengan pembimbingku itu memberi kabar buruk. Begini...

Aku : Pak A.S., Pak A.M. datang ke kampus tidak ya hari ini? Saya sudah janji mau bimbingan skripsi.

A.S. : Tadi sih Pak. A.M. ada, cuma langsung pergi lagi. Katanya darurat, kakeknya meninggal.

Aku : Bakal balik kesini lagi ga ya, Pak?

A.S. : Kayanya sih engga deh.

Aku : Makasih banyak ya Pak.

Begitulah perbincangan singkat namun padat, akhirnya skripsiku mengalami opname tambahan. Setelah berpikir sejenak, akhirnya aku memutuskan untuk mengirimkan sebuah pesan lagi ke telepon seluler Pak A.M. untuk mengirimkan rasa turut berduka cita, sekaligus hitung-hitung sebagai lobbying siapa tahu nanti skripsiku makin lancar. Sebenarnya aku agak malas dengan politik kampus dan aksi jilat menjilat, namun apa boleh dikata... daripada makin lama lulus, ya kan?

SMS-nya begini...

"Pak, saya turut berduka cita. Semoga arwah beliau tenang serta amal dan ibadahnya diterima di sisi Yang Maha Kuasa. Amin."

Tadinya mau ditambahkan dengan "yang-sabar-dan-tabah-ya-Pak," namun kok terkesan sangat akrab... jadi malas. Kemudian HP-ku berbunyi lagi yang menandakan masuknya laporan bahwa pesan itu telah terkirim, dan aku tidak mengharapkan yang lain lagi.

Beberapa saat kemudian, masuk lagi sebuah pesan ke HP-ku. Sebuah pesan dari Pak A.M. yang sudah jelas pasti membalas rasa iba dan duka dariku yang sangat tulus dan lugu ini. Teman-teman tahu balasan SMS-nya apa? Ini isinya, disadur langsung dari HP mahluk yang sedang dalam penuh nestapa ini.

"Belum! Ini belum jls. Lg dilihat ke/rs."

Kacau balau! Lain kali kalau menjilat sebaiknya melakukan cek dan kembali cek lagi. Halah... nasib skripsiku bagaimana ya?