Angin Perkasa

Seandainya angin bisa berbicara, dengan segala desahannya yang lembut membuai jiwa. Niscaya aku pasti tidak akan bingung untuk menentukan kemana kaki ini melangkah. Tinggal mengikuti saja hembusannya yang damai, menuntun jiwa menuju surga di atas planet biru. Kemudian serentak semua terasa begitu indah, setiap daun yang jatuh ditopang oleh kasih sang angin. Lalu api dibuat menari oleh gerakannya. Air bersorak gembira oleh leluconnya dan tanah tertidur damai karena elusannya.

Anak angin yang setiap detiknya aku curi. Rasa dingin yang menerobos masuk hidung, tawarnya yang menuruni tenggorokan, melewati paru-paru dan menyatu dalam raga. Kemurniannya yang merasuki setiap sel dalam tubuhku. Wahai angin, terima kasih. Karena tanpamu, api milikku ini... akan padam. Aku berjanji akan terus menerkam dirimu tanpa ampun. Dan disaat engkau --- wahai angin yang bebas perkasa --- berhasil kabur, niscaya engkau membawa kehangatan.

Biarkan lingkaran terkutuk ini terus berulang, sampai tiba waktu dimana aku tidak lagi sanggup untuk merampok semua nyawamu. Saat jantung berhenti berdetak dan otak berhenti berdenyut.

Tetapi semangat ini akan terus hidup dan beranak pinak, setidaknya hingga semua pemangsa punah.