Present's - I Wish

Dear visitor, reader, etc.

Sorry for a long time I haven't post any new music, it's because I'm busy with my thesis, goddamnit! This is Present's, tune called I Wish. Enjoy! :)

Here's the lyric:

Everyone knows that a man ain't supposed to cry
Cause so badly, I wanna go outside
Day after day, I stay locked up in my room
I search the skies, desperately for rain

Special thanks to LiqweedFTW, who uploaded this great tune. Check out his channel on YouTube will you? If you love liquid DNB, you surely will love his channel. It has so many tunes with great qualities and tastes. Cheers mate!

And you can also download this tune for free (via soundcloud, or click here -- if you have an account, if not... just sign up, no strings attached). :P


Cermin Abu

Tirai kelambu tertutup
Selimut terlipat rapi
Kasur sedingin es

Cermin tertutup abu
Sunyi menggantung
Mati rapuh

Nyala api lilin membesar
Seiring tubuhnya kian mengecil
Indahnya radiasi

Waktu seperti ini
Saat diri menjadi satu
Cermin masih tertutup abu



Sudikah telapakmu ternoda?
(Atau meniupnya dengan mulutmu yang kotor?)

Mama Tidak Pernah Bohong

Mama adalah salah satu wanita cantik dalam hidupku.

Dahulu waktu kecil, ia pernah mengucapkan sesuatu yang masih aku ingat hingga sekarang: "Mas, semakin cantik seorang perempuan... semakin berbahaya."

Semakin indah setangkai mawar, niscaya semakin banyak durinya. Begitu pula dengan racun yang paling berbahaya, semakin manis hingga terasa hambar sampai nyawa melayang. Pada akhirnya ternyata Mama tidak pernah bohong, dan saat ini posisi nomor satu wanita paling cantik yang aku kenal semasa hidupku adalah Mama. Tanpa nasihat Mama, mungkin aku sudah berkali-kali kalah dalam perang ini.

Thanks Ma, love you.

Apollo Vs. Dionysos

O! An odd day,
An Apollonian trapped in Dionysos'

O! What curse have I been into?
Can one becomes two?

O! An even day,
A Dionysian trapped in Apollo's

O! What curse have I been into?
Can one becomes two?

The ring shall complete
The loop shall be perfect

O! Are even-odd days!
Forever curse, forever bound to freedom.

O! What curse have I been into?



There shall be only one.
Can one becomes two?

Mencari

Mencari...
Mencari...
Mencari...

Mencari...
Mencari...
Mencari...

Sebuah jarum emas di
Milyaran tumpukan jerami,
Tanpa suatu yang pasti

Mencari...
Mencari...
Mencari...

Mencari...
Mencari...
Mencari...

Kesana-kemari,
Tak henti-henti,
Harta karun dalam mimpi
Yang dulu telah pergi

Mencari...
Mencari...
Mencari...

Mencari...
Mencari...
Mencari...

Selangkah lagi,
Menemukan inti,
Namun arti...
Hilang kembali.

Mencari...
Mencari...
Mencari...

Mencari...
Mencari...
Mencari...

Tersesat sendiri,
Dalam labirin sunyi,



Menunggu mati.

Malam

Malam ini bulan bersinar keperakan
Malam ini awan kelabu berhamburan

Malam ini hujan rintik
Dan genting terus menetes penuh bunyi

Malam ini dingin
Malam ini jalanan basah air mata

Malam ini sepi
Hanya jangkrik sibuk main simfoni

Malam ini...
Semuanya...
PECAH!

Penjumlahan

Aku ditambah Kamu sama dengan Dua Puluh Enam.

Kata leluhur itu buruk,
Sayangnya aku tidak menggauli mitos.

Lagi pula sejarah selalu penuh dengan kebohongan,
Bukankah begitu, sayang?

Jikalau

Jikalau Tuhan itu ada,
Jikalau kehidupan setelah kematian itu ada,
Jikalau surga itu ada,

Jikalau semua di dalamnya diberkahkan,
Jikalau semua pinta penghuninya dijadikan,
Jikalau semua dengan mudahnya dikabulkan,

Dan...
Jikalau nanti setelah mati aku masuk surga,

Maka...
Aku hamba hina ini hanya punya satu pinta,
Yaitu: Aku ingin menjadi Tuhan.

Mungkinkah Yang Maha Kuasa menerimanya?

Lebih Baik Melupakan

Ini adalah sebuah tulisan, setelah salah satu posting teman di blog memacu diriku untuk mengingat kembali bahwa ada beberapa hal yang lebih baik dilupakan saja. Karena memang pada dasarnya aku ini orang sederhana, dan memiliki prinsip bahwa lebih baik melupakan saja daripada mesti repot-repot memaafkan.

Jadi begini ceritanya, alkisah 2 hari kemarin aku bertemu seorang teman lama yang sekarang masih berhubungan dengan --- mari kita sebut saja sebagai --- pihak ke tiga. Ini sebenarnya kisah lama, aku mempunyai hubungan baik dengan pihak ke tiga, dan aku sangat percaya dengannya. Sampai pada suatu saat aku dengan bodohnya terlalu percaya berlebihan, dan pihak ke tiga... bisa dibilang mengkhianatiku dengan mudahnya, tanpa memperhitungkan apa saja yang telah kita alami bersama.

Aku lalu mengintrospeksi diriku ini, apa yang aku lakukan dengan begitu salahnya sehingga menerima nasib buruk. Akhirnya aku menjadi orang yang lebih baik, setidaknya aku menganggap diriku begitu, lalu melupakan kasusku dengan pihak ke tiga itu. Namun setelah beberapa saat, dan bocoran dari beberapa pihak, serta ditambah lagi dengan investigasi olehku sendiri --- maklum aku ini skeptis, akhirnya aku tahu bahwa aku tidak melakukan sesuatu hal yang fatal, memang pihak ke tiga ini yang boleh dibilang sebagai orang brengsek. Tapi tak mengapa, toh itu semua sudah aku lupakan. Karena dendam memang selalu memakan pelan-pelan dari dalam, seperti api cemburu.

Hari itu, aku dan temanku minum kopi di salah satu kafe kopi dengan logonya yang hanya menggambarkan biji kopi dan di bawah logonya ada sebuah logo lagi berupa sepucuk daun teh. Tentu saja karena hari lebaran telah lama lewat dan aku tidak mendapat THR karena sudah dianggap besar di keluarga serta dividenku belum datang juga, akhirnya aku hanya mengambil sisa minuman orang lain dan menikmatinya, tapi itu cerita lain... maaf jadi melantur.

Kita bertukar kabar mulai dari teman-teman yang saling kita kenal, peristiwa-peristiwa apa yang telah kita alami masing-masing, dan segala omongan lain yang tidak jelas asal usul dan ujung akhirnya dimana. Sampai akhirnya temanku itu berkata:

"Eh, lo tau ga. Si itu kan kena penyakit. Kasian. Mau buru-buru kawin."
"Kok bisa? Perasaan sehat-sehat aja." Aku menjawab dengan menaikkan kedua alisku.
"Ya itu penyakitkan bisa muncul gitu aja."
"Serius lo? Tanpa ada penyebabnya? Masa sih?"
"Iye, beneran."
"Ga percaya gw, emang dokternya bilang apa?"
"Mana gw tau dokternya bilang apa, yang jelas itu jadi alasannya buat kawin nanti. Paling deket-deket ini."
"Kasihan ya, gw turut simpati. Salam aja kalo ketemu, dari gw gt. Semoga cepat sembuh."

Awalnya aku bersimpati, sedih sekejap, berusaha merasakan apa yang dideritanya. Kemudian aku dan temanku itu berpisah karena ia masih ada janji dengan temannya yang lain untuk bergaul bersama. Namun ketika aku kembali sendiri lagi, perlahan-lahan memori itu muncul kembali dan aku mulai merasa kesal. Tidak nyaman dan kembali mengutuk-ngutuk pihak ke tiga itu. Sampai akhirnya aku berani bilang bahwa Tuhan itu Maha Adil. Lalu aku tersenyum begitu lebarnya dari ujung telinga satu ke yang lainnya saat itu juga, sendiri duduk di sebuah kafe seperti orang gila. Aku sangat bahagia sekali mengetahui bahwa ternyata diriku masih jahat. Terima Kasih wahai Penyebab Awal.

Tahun silih berganti, namun beberapa hal masih tetap sama. Dan sebaiknya tetap begitu.


P.S. :
Ah... jadi lupa. Sekaligus aku mengucapkan minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir batin, baik yang disengaja atau hanya karena keisenganku belaka.