betapa

betapa sedihnya menjadi hujan
banyak yang menyukai sejuknya
tetapi sedikit yang mau basah menari bersamanya

betapa sepinya menjadi api
semua cinta kehangatannya
namun tak ada yang mau memeluknya mesra

lalu embun-embun menguap
kembali pulang ke langit

amin.

embun

ada kalanya ketika matahari malu untuk terbit
dan langit setia menjadi kelabu
saat itu embun-embun bahagia
karena nafasnya menjadi lebih panjang
amin.

wajahmu

malam ini
biarkan aku bermimpi
akan indahnya wajahmu

esok pagi
biarkan aku terjaga
agar setia memandang wajahmu

akhirnya tujuanku cuma satu
menggadaikan seluruh nafasku

demi melihat manisnya wajahmu
dan merasakan damainya senyumanmu

amin.


seandainya dunia

seandainya dunia itu datar
niscaya aku akan pergi ke tepinya
dan berdiam di sana

seandainya dunia itu bulat
niscaya aku akan berlari lurus
hingga kembali ke titik awal

sayangnya dunia tidak seperti itu
sejatinya ia hanya kumpulan
dari imaji sunyi diri

memang sudah takdirnya
agar kita semua gila

berdiri di atas batu melayang bebas di angkasa
melaju ratusan ribu kilometer per jam

hanya untuk pulang
menjadi untaian atom tanpa nurani

amin.

bilang

waktu itu engkau bilang: “aku ini rapuh tanpa sejoli.”
maka penuh naif kurajut benang mimpi
agar engkau terlelap dan bangun menjadi sejati

waktu itu engkau bilang: “aku ini lemah tanpa nyawa.”
lalu tanpa ragu ku berikan segala nafas dan cintaku
agar engkau menjadi penuh dan hidup sempurna

lalu takdir berbicara, hempasannya melemparmu jatuh dari sarang
keajaiban terjadi, sayapmu mekar sempurna
hingga bebas tak lagi memiliki arti

dan aku termangu melihatmu terbang
kemudian setia menunggumu pulang
karena segala cerita punya akhir

amin

merajah

waktu itu pernah ku lihat seorang wanita
merajah tubuhnya dengan memori

ia buka setengah dari dirinya
lalu penuh malu menutupi calon tangki susu buah hatinya

hingga diputuskan letak artifak pada lekuk punggung
katanya: “biarkan ini menjadi kristal pengalamanku.”

sesekali ia menggigit bibir merahnya, menahan rasa sakit
sesekali tetesan air kabur melompat
keluar dari ujung kelopak matanya

sisanya hanya bising derik jarum yang sibuk menari
dan detak waktu yang tak hentinya mengetuk

diam-diam aku menikmati sembari berfantasi
kemudian dalam hati muncul

sebuah pertanyaan sederhana:
“apakah yang membuat kita menjadi manusia?”

amin

akan tiba masa

akan tiba masa
di mana engkau sendiri di malam hari
dan yang menemani hanya kicau sepi

akan tiba masa
di mana engkau acuh dan terus berjalan
tanpa peduli apakah bayangan mengikuti

akan tiba masa
di mana engkau terus bermimpi
dan tahu bahwa esok tak pasti


amin