kamarku (2)

pintu terkunci.
jendela tertutup.
dinding diam.
cermin sepi.
bantal dan guling pergi.
selimut sembunyi.
ranjang kosong rapi.
lantai dingin.
lampu mati.

yang terasa hanya detak jantung,
yang terdengar hanya nafas.

hidup cuma sebatas ini.

amin.

kamarku

hari ini hujan, tapi
kamarku tidaklah sepi

laron-laron datang bertamu lagi
hanya untuk melayang-layang sehari
mengitari lingkaran cahaya ilusi,
lalu mati

cicak-cicak pun girang bernanyi
semut-semut sibuk bersorak-sorai
mereka semua merampasi
sayap-sayap patah dan kumpulan bangkai

si kecoak masih saja malu dirantai nurani
pada punggung ranjang ia sembunyi sendiri
setia menungguku terlelap hanyut dalam lautan mimpi

hidup cuma sebatas ini

amin.

jangan menangis

jangan menangis, wahai anak manis
biar kurias parasmu
dengan air mataku

jangan menangis, wahai anak manis
tumor-tumor itu akan minggat pergi
dan kelak engkau sembuh kembali

jangan menangis, wahai anak manis
saatnya menanam waktu dan sabar
hingga rasa rindu mengakar

jangan menangis, wahai anak manis
sekarang baiknya engkau tidur
dan bangun esok lebih mujur

amin.

semalaman

semalaman hujan

semalaman ranjangku dingin sepi
semalaman cuma aku dan rintik sunyi
semalaman pikiranku ramai sekali
semalaman hanya terus menanti

sebuah jawaban.

amin.


derik-derik

mengintip malam ini,
derik-derik sepi menang lagi.
kembali, tak ada yang dinanti.

bayangan cekikikan, cahaya mati.
sebuah memori
tentang harapan pergi.

amin.

asu (2)

kamu itu candu,
dan aku ini asu.

setiap waktu kita berpadu,
semua berubah menjadi madu dan susu
tanpa belenggu.

biarkan api terus setia memeluk kayu,
biarkan sepi dan rindu menyatu.

amin.

asu (1)

biarkan aku merajut keriting ombakmu
menjadi selimut dalam seluruh mimpi-mimpiku.

biarkan aku minum dari bibirmu
setiap kali malam datang menjamu.

biarkan aku menggantung seluruh jiwaku dalam kasihmu,
seperti asu yang kecanduan susu.

amin.

gerbang

waktu yang terbaik adalah malam hari.
di mana sunyi belajar membisu.
dan gelap gulita saling bertindih-tindih.

saat itu, mata terbuka dan tertutup tak berbeda.
itulah waktunya dimulai perjalanan,
melewati gerbang yang berdiri sepi,
tanpa daun pintu menemani.

semua itu hanya untuk mencari
bayangan ilusi kita sendiri.

amin.

membaca

izinkan aku mengecup seluruh tubuhmu
dan merasakan setiap lekukannya,
seperti orang buta yang sedang khusyuk membaca.

biarkan malam tetap kelam
biarkan bunyi setia dalam sunyi
biarkan bulan dan bintang penuh cemburu

aku dan kamu menjadi satu dalam mimpi,
hingga kita berdua terbangun kembali
menjadi nyata dalam ilusi.

amin.

tali hitam

malam itu kupingku dan antingmu bertemu,
kupingku tertawa tersipu malu
ketika melihat antingmu tersenyum lugu.

lalu tiba-tiba muncul rindu pada waktu,
yang senantiasa menjaga, kala kita
saling diam dan berbagi rahasia, bersama-sama.

akhirnya,
seutas tali hitam terkait di leher kita,
berdua.

amin.

bayanganku

aku mencintai hujan,
namun hujan selalu menginginkan tanah,
dan tak pernah sekali pun ia berpaling.

penuh kesal kuinjak-injak tempatku berpijak,
dengan kedua kaki mungilku, karena aku
belum juga menyatu dengannya.

tanah pun bersedih,
dengan sabar menumbuhkan jutaan pohon rindang,
mengadukan rindunya pada langit.

langit melihat dan tersenyum,
sembari setia membelai awan-awan.
mereka semua terus berlalu-lalang tanpa meninggalkan jejak.

terkadang awan pun bisa cemburu penuh malu,
ketika pasir memupuk kasih sejati dengan laut.
saat itu tubuhnya seketika dipenuhi jingga.

aku di sini sendiri, memandang itu semua silih berganti,
merasakan angin yang sibuk menari,
bersama bayanganku yang tak tergoyahkan nirmala.

amin.