Bisikan Benak

Label ini bertujuan untuk menulis segala yang terlintas dalam sempit benakku. Aku tidak tahu muncul darimana semua untaian kata yang bersatu membentuk kalimat-kalimat bodoh dalam kepalaku. Biasanya saat-saat itu muncul secara tak terduga, namun paling banyak mampir pada saat aku melakukan ritual malam hari sebelum tidur.

Apa yang ada di otakku banyak orang bilang aneh tapi aku tidak peduli, isi kepalaku tidak akan mengganggu mereka kecuali kalau aku mendapatkan sebuah mukjizat berupa kekuatan yang dapat merubah segala imajinasi dan fantasi liar dalam diriku menjadi sebuah kenyataan.

Yah... mungkin segitu saja, namun karena ini blog untuk dongeng maka seperti biasa aku akan bercerita sebentar tentang liburan kemarin.

Liburan kemarin begitu tenang, hanya berjalan-jalan sedikit saja karena kantong sedang cekak. Berekreasi ke Seaworld yang harga masuknya kian mahal terutama pada musim orang menganggur, tapi bukan itu yang mau aku ceritakan.

Hari itu, Rabu pagi tanggal 6, bulan pertama di tahun 2010. Mama membangunkan diriku yang sedang tertidur lelap, ada kabar duka. Eyang putri wafat (baca: nenek), beliau yang membawa Papa ke dunia ini keluar dari rahimnya. Saat itu sedih tapi entah kenapa tidak ada satu tetes air mata yang jatuh.

Eyang --- atau biasa dipanggil akrab dengan Eyang Dholi Putri --- adalah seorang manusia yang baik, berhasil mendidik Papa menjadi seperti sekarang. Meskipun aku tahu bahwa Papa seorang pemberontak, begitu pula diriku... sudah menjadi sifat yang mendarah-daging dalam keluargaku.

Eyang bisa dibilang mengidap penyakit pikun, hal itu yang membuatku iba setiap pulang kampung ke Solo. Salah satu nasib tragis dari dirinya. Tuhan, mengapa orang baik diperlakukan seperti itu?

Dahulu kala ketika aku masih kecil, Eyang masih mampu untuk mengenal rupa Papa, Mama, aku dan adikku. Saat itu Mama adalah menantu favorit Eyang dan itu fakta. Karena Mama sangat peduli akan Eyang, sepuluh tahun yang lalu... Mama sudah menjadi seorang yatim piatu. Mungkin rasa rindu akan sifat keibuan dari seseorang yang lebih tua membuat Mama menjadi seperti itu.

Waktu berlalu, 5 tahun setelah itu. Eyang sudah tidak lagi mengenal rupaku dan adikku, aku tidak ambil pusing karena aku tidak peduli. Pikiranku hanya bilang bahwa pikun itu enak karena kita lupa telah melakukan apa saja dan bisa dimanja oleh siapapun.

Setelah itu, beberapa kali lebaran berikutnya. Seperti biasa kami sekeluarga selalu menyempatkan diri untuk pulang kampung melepas rindu dengan sanak saudara, sayangnya kondisi Eyang makin parah. Saat itu Eyang sudah tidak mampu lagi mengenal paras menantu favoritnya yang cantik itu.

Kemudian tahun 2008, kondisi Eyang sudah sangat parah. Saat itu Eyang bahkan tidak dapat mengenal anaknya sendiri. Hal itu sangat terekam dalam memoriku.

"Saleh? Saleh sopo to?"

Kalimat itu yang terus berulang ketika Papa berbincang-bincang dengan Eyang, Saleh... nama pemberian beliau untuk Papa. Saat itu aku tidak tahu bagaimana kondisi hati besi Papa, yang jelas dia masih terlihat santai dan Eyang masih bisa dikatakan sehat jasmani untuk manusia seumurnya.

Kemarin pada saat beliau wafat, pertama kali melihat jasadnya diselubungi kain hijau bertuliskan huruf-huruf Arab. Aku hanya terdiam, ingin melihat mayatnya namun takut. Kemudian memberanikan diri setelah sepupu-sepupuku yang lebih kecil penasaran maka aku wajib membimbing mereka.

Posisinya seperti bayi yang tertidur dalam rahim, miring ke kanan dan tidak terlentang. Wewangian bunga memeluk jasadnya, tidak ada bau bangkai sama sekali. Mungkin Eyang wafat disaat ia tertidur dan baru diketahui esok paginya. Parasnya... tersenyum, seolah ia bermimpi paling indah sedunia.

Papa menangis, Mama bersabar, adikku sibuk ujian di Jogja. Papa paling menyesal karena tahun 2009 kemarin kita sekeluarga tidak sempat untuk pulang kampung karena kesibukan masing-masing, Papa terus menangis... meminta maaf bukan kepada Eyang tapi kepada orang-orang yang ditinggalkan oleh beliau, meminta pengampunan atas dosa-dosa Eyang kepada orang lain. Kondisi Papa saat itu seperti ranting pohon tua yang bisa patah sewaktu-waktu jika ditiup angin kencang.

Setelah proses pemakaman berakhir, kami sekeluarga berencana untuk mengunjungi kosan adikku. Begitu sampai disana, ternyata kamarnya sangat kotor sekali. Jauh lebih kotor daripada kamarku. TIDAK RAPIH! Meskipun kamarku lebih seperti kapal pecah. Di kamar mandinya ada 7 kecoa, menjijikkan! Kamarku... hanya ada 4.5 kecoa tapi jumlah bangkai kecoa yang bersemayam dibawah ranjangku mungkin berjumlah puluhan dan menjadi pakan semut-semut peliharaanku. Akhirnya Mama dan aku membereskan kamarnya sementara dia berleha-leha ujian di kampus.

Kembali ke Jakarta, aku langsung melihat laptopku. Banyak sekali ucapan belasungkawa, terima kasih teman-teman. Kemudian membaca blog milik adikku dan ia menulis sesuatu yang hampir saja lenyap dari memoriku kalau saja ia tidak mengingatkannya.

Sebuah lagu yang sering dinyanyikan Eyang, disaat kondisi ia telah melupakan semua paras orang yang disayanginya. Meskipun begitu Eyang masih saja rajin beribadah dan hapal surat-surat panjang.

Lagunya...
Lan sas seleven, lan sas seleven
Lan sas seleven en de gloria
En de gloria... en de gloria
Lagu berbahasa Belanda dan dinyanyikan dengan nada ulang tahun. Lagu indah yang keluar dari mulut Eyang, bibirnya yang pecah-pecah, giginya yang tinggal sedikit, pipinya yang keriput namun matanya masih bersinar lugu. Saat membaca tulisan adikku, mataku berkaca-kaca dan aku tumpah dalam kesedihan yang sudah telat ini.

Ternyata Tuhan memang baik, mengambil Eyang disaat yang terbaik, tertidur sembari tersenyum dan lupa akan segala dosa-dosanya. Semoga Eyang damai di dunia sana dan melihat kita anak cucunya dengan penuh kebanggaan. Amin.

Sekarang Papa & Mama sudah menjadi yatim piatu, aku hanya berpikir... cepat atau lambat aku akan menjadi yatim piatu juga. Tidak mungkin bisa kabur! Hidup memang singkat namun Tuhan jangan ambil mereka sebelum aku mampu untuk berdiri sendiri. Peristiwa saat itu membuat mataku terbuka agar selalu lebih cepat untuk mempersiapkan diri supaya aku tidak akan merepotkan banyak orang lebih lama lagi.