Siksaan Topeng

Malam ini, hawa begitu panas, bajuku basah penuh dengan peluh. Sebungkus rokok telah habis namun aku tetap terus berpikir, terus melayang dalam duniaku sendiri (tak mampu berhenti di satu titik, dan terus terhampar jauh).

Manusia, ada yang bilang mahluk sosial namun ada juga yang bilang mahluk paling egois yang mementingkan dirinya sendiri. Ya, memang keduanya benar. Manusia butuh bercinta namun manusia lebih butuh makan.

Mungkin ini memang sudah jalan dari alam, bunda bumi sang penyedia kehidupan. Namun apakah ini kutukan kita, sebagai mahluk yang paling sempurna namun juga sebagai mahluk paling cacat? Yah... aku hanya sedang mencari jalanku sendiri. Egois, ya? Namun yang aku cari adalah pembebasan dari ego yang sudah berakar dalam tubuh dan jiwa ini. Agar aku bisa lepas dari samsara sialan ini.

Hmm… mungkin aku bisa melihat dunia ini dari berbagai macam sisi, namun aku tak bisa menjelaskan kepada mereka agar mau mengerti. Anugrah kah? Bakat ini tak berguna apabila hanya bisa digunakan olehku sendiri. Apa daya kekuatan dari seorang manusia jelata ini untuk merubah dunia? Hanya mimpi, khayalan, dan imajinasi yang ia punya.

Yah... ego juga bisa dianggap sebagai perisai pelindung seorang hamba. Sebagai topeng penutup aib. Selayaknya kita semua adalah pemain sandiwara. Aktor kehidupan yang berulang-ulang. Terkadang seseorang memiliki satu topeng, lainnya memiliki 2 topeng atau lebih. Namun yang tidak memiliki topeng, tak boleh ikut pentas drama ini! Beberapa begitu menghayati apa yang dipakainya, sampai-sampai ia bingung yang mana sebenarnya topeng yang asli. Lainnya hanya acuh dan terus bermain (tanpa mempedulikan scenario dan hanya menunggu upah yang diberikan sesudah acara selesai). Ada yang sibuk merawat topengnya, ada juga yang sekali pakai langsung buang dan buat topeng yang baru atau membelinya. Itu jalan hidup mereka masing-masing, aku tak peduli, bersikap terus acuh namun masih tetap mengamati dari kejauhan (inipun salah satu sifat egoisku). Aku sendiri sedang mencoba berperan memakai topeng “Tuhan” dan bertempur melawan ruh yang dipenjara dalam daging dusta ini.

Hidup ini penuh dengan misteri.. aku hanya bisa duduk disini sendiri, mencoba menggenggam semesta ini dalam khayalanku yang tiada habisnya.

Semoga aku dapat tersadar, dan kembali melihat diriku sendiri, dalam matamu…

Catatan : Masih banyak lagi.