Lonceng


Cukup!

Berapa lama merangkai kata-kata?
Berapa lama membuat mantra dan menceritakan kisah?

Membentuk realitas dengan kata-kata adalah ilusi...
Hei manusia dungu, berapa lama bermain dengan ilusi?

Dalam kain gombal kemiskinan, menutupi cela lebih baik.
Di atas ujung cinta yang samar, menajamkan kecerdasan lebih baik.

Manakala kata-kata menjadi topeng bagi wajah tujuan,
Sunyi lebih baik ketimbang berbicara dan mendengarkan.

Sampai kapan engkau akan menangis dan berteriak layaknya lonceng?
Untuk sesaat, tangkaplah bayangan dari omong kosong ini.

Engkau tak akan menjadi harta karun bagi mutiara realitas,
Sepanjang engkau tak menjadi sepasang telinga layaknya tiram.

Wahai engkau yang mendapatkan kegelisahan atas kata-kata,
Jika engkau rakyat berpengetahuan, simaklah kata-katamu.

Jangan hilangkan lidahmu untuk menyingkap rahasia semesta,
Karena mutiara tak tembus oleh berlian kata-kata.

Menggores satu garis lewat cela, yang lainnya lewat kebajikan,
Berarti melepas kembali cadar dari keindahan ketiadaan.

Penyingkapan keindahan itu bukan di luar dirimu,
Tariklah kaki ke bawah rok dan kepala kebawah kerudung.

Wahai pemilik kafan yang disewa oleh duka demi Sang Pencipta,
Jangan kotori kesadaran murnimu dengan bicara.

Manakala engkau mampu mengendalikan kebebalan mengenai hal itu,
Jika engkau membuka bibirmu setelah ini...

Mungkin sampah akan menyumpal mulutmu!