aku tidak mau kamu mengalah, tapi
aku juga tidak mau kalah."
itulah paragraf penutup
surat cinta pertama
yang aku terima.
sayang,
rambutmu pirang atau rambutmu hitam
matamu tetaplah dedaunan ek di musim gugur.
sayang,
kulitmu susu atau kulitmu kopi
hangatmu tetaplah mentari pagi di musim semi.
sayang,
bukan urusanku,
kalau hatiku retak
sayang,
bukan urusanku,
kalau jiwaku runtuh
dan sayang,
bukan urusanmu pula,
kalau aku hancur lebur
untuk manisnya senyumanmu.
maka bumi hanguskan jembatan-jembatan itu
biarkan abunya ditimang arus sungai hingga mengawang,
agar di malam-malam yang sepi,
para hantu tak lagi bisa melintas,
dan mengetuk pintu kamarmu kembali.
amin.