Bangga Indonesia? // Kompetisi Website Kompas MuDA - KFC

Tulisan ini dibuat sekedar iseng, sembari mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Kompas Muda.

Suatu hari temanku bertanya tentang apa yang bisa dibanggakan dari negeri kita tercinta ini, Indonesia. Aku bingung mau menjawab apa. Ternyata ia mengikuti sebuah lomba blog dan aku dipaksanya untuk ikut serta. Oleh karena itu tulisan ini dibuat, semoga saja bisa menjawab.

Memang tulisan ini dibuat akhir waktu dari periode lomba tersebut, karena memang aku kesulitan dalam mengungkapkan rasa bangga terhadap bangsaku ini sendiri. Jika melihat syarat dan penilaian dari lomba tersebut, maka blog ini akan jauh dari kemenangan. Karena apa? Aku malas mendesain, semakin sederhana semakin baik menurutku. Makanya aku memilih template standar yang diberikan oleh Blogger. Lagipula warnanya yang gelap akan baik untuk menghemat energi. Terutama disaat perusahaan listrik milik negara kita ini masih payah dalam memperkirakan kebutuhan listrik masyarakatnya.

Lalu bagaimana dengan syarat SEO-nya, aku sendiri masih belum begitu paham akan hal ini. Sewaktu aku mencari di Google tentang kata kunci lomba ini yaitu 'Kompetisi Website Kompas MuDA - KFC', hasil yang keluar dihalaman pertama tidak ada yang menarik perhatianku. Isinya hanya blog dengan rating SEO yang tinggi dimana tulisan-tulisan tersebut memuat kata kunci dalam jumlah banyak pada sebuah posting. Akupun memutuskan untuk mengetik 'Kompetisi Website Kompas MuDA - KFC' sebanyak tiga kali saja, karena aku tidak ambil pusing dalam syarat yang satu ini.

Hanya menulis yang aku anggap bisa, sehingga aku akan memfokuskan diriku di bagian itu saja. Meskipun segala tulisanku ini memuat hal-hal yang tidak penting.

Sudah cukup basa-basinya. Mari kita mulai saja menuju inti dari tulisan ini.

----------------------------------------------------------------------------------

Apa yang Bisa Dibanggakan dari Indonesia?

Ketika aku pertama kali menerima pertanyaan semacam itu, aku pusing tujuh keliling dalam menjawabnya. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak menjawab terlebih dahulu dan mulai mencari-cari jawaban teman atas pertanyaan yang sama. Mulai dari merubah status Yahoo Messenger (YM), sampai mengubah status update di Facebook yang menanyakan hal ini. Segala cara aku lakukan untuk mengetahui sebanyak mungkin jawaban teman-temanku.

Setelah beberapa hari, banyak sekali masukan yang aku dapat. Namun entah kenapa jawaban mereka masing-masing tidak ada yang menyentuh nuraniku. Memang disitulah masalah utamanya.

Rasa bangga akan sesuatu itu bersifat sangat subjektif, dan rasa banggaku akan Indonesia ini masih sangat kecil dan bisa dibilang tidak jauh dari kenihilan.

Seorang anak presiden bisa bangga akan ayahnya, namun sang anak tersebut belum tentu bisa melakukan apa yang telah dicapai sang ayah. Rasa bangganya menurutku belum murni, tapi aku sendiri juga tidak tahu... karena kembali lagi ke teori awal, rasa bangga itu sifatnya personal. Penuh emosi yang tumbuh dalam diri. Alasan dan sebab aslinya hanya diketahui oleh individu itu sendiri. Belum tentu orang lain paham dan ikut merasakan.

Apa yang bisa aku banggakan akan negeriku yang tercinta ini? Sumpah mati aku bingung harus menjawab apa. Memang banyak orang bilang negeri kita ini kaya, tapi kenapa rakyatnya masih miskin? Apa karena bentuk geografis daerahnya yang berupa kepulauan terbesar di dunia? Sehingga sulit untuk melakukan pemerataan. Atau memang bangsa kita ini masih muda? Umurnya saja belum ada satu abad. Ibarat seorang manusia, Indonesia ini masih balita. Perlu dimanja kiri kanan dan dibantu untuk berdiri.

Rasa banggaku akan tanah airku ini muncul darimana?

Salah seorang temanku menjawab dengan pernyataan pasaran, "Indonesia itu kaya akan budaya". Temanku yang lain menjawab, "Cuma di Indonesia ada Borobudur". Jawaban-jawaban seperti ini aku anggap klise, terutama bagi diriku sendiri.

Aku tidak hapal dengan seluruh nama-nama daerah di negeriku yang tercinta ini, aku juga tidak mengenal seluruh adat suku budaya yang ada. Dulu aku pernah menghapalnya sekedar untuk lulus ujian waktu duduk di bangku sekolah dasar, kalau sekarang... aku sudah tidak ingat lagi. Aku juga tidak bisa melakukan pentas berbagai macam tarian daerah, karena pria sejati tidak menari. Jangan harap aku untuk menyanyikan lagu-lagu daerah! Disamping aku tidak hapal dengan liriknya, suaraku juga sangat sumbang tanpa nada. Aku memang kurang lihai dalam hal-hal kesenian. Jadi aku tidak bisa bangga akan Indonesia karena berbagai macam budaya yang ada.

Borobudur adalah salah satu tempat pariwisata terkenal yang dulunya termasuk dalam deretan papan atas salah satu keajaiban dunia. Bagaimana nasibnya sekarang? Aku sudah lama tidak pergi ke sana. Aku tidak bangga akan Borobudur, aku tidak ikut membangunnya. Aku juga tidak ikut memeliharanya, aku cuma sekedar datang dan berkunjung untuk menikmatinya dikala liburan. Numpang foto sebentar, numpang makan. Kemudian melihat orang berpacaran sembari mereka melakukan aksi vandalisme dengan mengukir nama mereka masing-masing diantara gambar hati yang jelek dengan harapan cinta mereka akan abadi seperti prasasti sejarah ini. Hal-hal seperti itulah yang membuat diriku juga tidak bisa bangga akan Indonesia karena Borobudur.

Bagaimana dengan berbagai macam kekayaan alam, flora fauna yang terhampar luas di tanah tumpah darahku ini? Memang kekayaan alam kita itu sangat banyak jumlahnya, namun siapa yang menikmatinya? Jumlah keunikan flora fauna yang ada juga sangat banyak, namun siapa yang sibuk memeliharanya? Siapa yang panik ketika Orang Utan semakin langka? Apakah orang Nusa Tenggara sibuk memikirkan nasib setiap ekor Komodo yang hidup? Siapa yang sibuk mengamati mereka, para flora fauna kekayaan Indonesia ini? Setahuku, spesies-spesies baru yang ditemukan di negeri kita ini... biasanya pertama kali diteliti oleh orang asing, dan mereka pula yang menentukan apakah spesies ini baru atau tidak. Mungkin karena para peneliti kita sibuk dengan hal yang lain, aku tidak begitu tahu.

Seorang temanku yang sekarang sedang menuntut ilmu di luar negeri berkata bahwa bangga akan Indonesia itu perlu. Aku dan dirinya bercakap-cakap lewat YM. Alasan bahwa ia bangga kepada Indonesia karena itu budaya yang ia miliki. Ia merasa harus menunjukkan eksistensi dirinya kepada para bule tersebut. Mau tidak mau ia harus belajar tentang negerinya, budayanya dan segala tetek bengek lainnya supaya ia mempunyai jati diri. Mungkin lebih tepatnya ia sedang mengalami krisis jati diri sehingga melakukan hal itu. Sayangnya aku ini mahasiswa pas-pasan, belum pernah sekalipun pergi keluar negeri. Jadi aku tidak pernah bisa memahami bagaimana rasanya di posisi temanku itu. Lagipula akan terdengar munafik ketika seseorang mencintai budaya negerinya ketika ia di negeri orang lain, namun ketika ia kembali pulang... balik lagi ke asal, yaitu acuh dan tidak peduli. Sungguh ironis.

Pancasila, UUD '45, Sumpah Pemuda. Ketiga hal tersebut aku tidak begitu menghayatinya. Sungguh rasa nasionalisku ini begitu kecil. Sila ke 4 dari Pancasila, terkadang aku terbata-bata menyebutkannya. UUD '45, aku tidak hapal semua pasal-pasalnya. Sumpah Pemuda, kalau aku sudah tua bagaimana? Dari semua prinsip kehidupan bernegara kita, masih sangat sedikit sekali orang yang mengamalkannya dalam kegiatan sehari-hari. Seperi pelajaraan PMP atau PPKn jaman dahulu, ketika ada pertanyaan... yang harus kita lakukan adalah menjawab sesuai dengan norma. Namun pada kenyataannya masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan, tidak pada tempatnya. Begitu pula diriku yang terkadang membuang puntung rokok sembarangan. Aku masih belum bisa bangga akan Indonesia dengan alasan ini.

Aku tahu bahwa seluruh masyarakat Indonesia kebanyakan adalah orang yang sangat kreatif. Mengapa? Karena masyarakat kita ini pintar untuk mencari segala sesuatu yang murah sampai dengan yang gratis. Masyarakat kita sangat pintar untuk melempar tanggung jawab kepada kambing hitam. Masyarakat kita sangat kreatif dalam mencari jalan untuk bermalas-malasan akan tetapi tetap dibayar. Serta masih banyak berjuta-juta hal kreatif lainnya yang dihasilkan oleh sumber daya manusia bangsa Indonesia. Karena tabiat-tabiat seperti ini, aku tetap belum bisa bangga akan Indonesia. Untungnya aku bukan termasuk tipe orang kreatif semacam itu.

Selain itu masyarakat Indonesia juga pintar. Banyak sekali pemuda-pemudi yang berhasil memenangkan berbagai macam olimpiade pendidikan. Sedangkan masyarakat yang lain termasuk pintar dalam membawa diri, menyembunyikan perasaan, berkata manis dan tenggang rasa. Sungguh lagi-lagi sangat disayangkan bahwa aku ini mempunyai kemampuan bersosialisasi yang buruk serta memiliki otak yang berkecukupan, meskipun aku tidak pernah menjadi juara satu di kelas. Jadi bangga Indonesia atas dasar ini juga belum pas untuk diriku.

Lalu, apa yang bisa dibanggakan dari Indonesia?
(Yang sesuai dengan nurani hati busuk milik diriku)

Pertama, aku menulis tulisan ini dengan Bahasa. Aku bangga akan hal itu. Aku juga sering mengajak temanku yang berasal dari luar negeri untuk belajar Bahasa. Orang Amerika dengan sombongnya berbicara menggunakan bahasa English dimana saja ia berada, sehingga bahasa itu berhasil menjadi suatu kebudayaan efek globalisasi. Setiap orang wajib belajar bahasa itu. Kalau orang bule bisa melakukan hal itu, mengapa aku tidak? Aku akan selalu menggunakan Bahasa jikalau sempat dan ada rejeki untuk bepergian keluar negeri. Untuk sementara ini, aku bangga akan tulisanku dengan bahasa Indonesia!

Kedua, sekarang jaman sedang susah. Jauh dari lubuk hatiku, perasaanku bilang bahwa nasib Indonesia ini susah melulu. Tapi mengapa orang-orangnya masih betah dan mampu bertahan hidup? Jawabannya adalah para mahluk yang bernaung di negeri kita tercinta ini semuanya tahan banting, kuat menghadapi krisis. Apapun itu bentuknya, manusia Indonesia akan tetap bertahan seperti kecoak. Aku bangga sebagai manusia Indonesia yang tahan akan berbagai macam krisis! Aku masih hidup hingga sekarang dan telah melewati berbagai periode krisis, dari krisis moneter hingga krisis global.

Ketiga, aku dilahirkan disini. Di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mau tidak mau aku akan bangga dengan Indonesia. Karena ini sudah takdir. Aku tidak mungkin mengecat rambutku menjadi pirang dan terkesan kampungan, aku lebih suka warna hitam rambutku yang ikal ini. Kulitku yang coklat menawan sehingga tak perlu takut kepada sinar mentari. Serta banyak sekali gadis manis eksotis di negeri ini yang biasanya dicuri oleh bangsa asing, dibawa kabur ke negeri mereka!

Berbicara soal takdir... Takdir, ya? Setiap kali aku membahas mengenai hal ini selalu membuatku tertawa sinis dalam hati.

Kalau aku punya kesempatan sekali saja bertemu dengan Tuhan, kemudian Yang Maha Kuasa bersedia memutar kembali waktu sebelum aku dilahirkan di negeri ini. Lalu, Tuhan memberikan hadiah kepadaku untuk memilih mau dilahirkan dimana...

Aku akan meminta agar Yang Maha Pemberi melempar dadu untuk menentukan pilihanku. Setidaknya aku bisa memerintah Tuhan untuk sekali saja. Tapi...

Tuhan pasti sudah mengatur dadu itu, sehingga akan muncul sesuai kehendaknya. Jadi peristiwa barusan tidak berguna sama sekali.

Alasan paling rasional adalah aku manusia terpilih yang lahir di negeri ini. Tuhan memilih kita semua untuk hidup negeri yang indah ini dan Tuhan punya alasan dibalik itu semua. Yang harus kita lakukan adalah hidup dengan sebaik mungkin!

Seorang bijak pernah berkata:
"Jangan tanyakan apa yang bisa negara berikan kepadamu, tetapi tanyakan kepada dirimu apa yang bisa kamu berikan kepada negara."

Resapi ungkapan tersebut. Renungi tiap kalimatnya yang berisi pemikiran fantastis dari seorang yang hebat. Kemudian tanyakan kepada dirimu sendiri dalam hati. Kemudian... setelah pertanyaan itu terjawab, baru rasa bangga yang murni akan negeri yang kita sayangi dan cintai ini akan muncul. Kemudian rasa bangga itu akan beranak pinak seperti Kapitan Pattimura seiring dengan berjalannya waktu. Dimulai dari satu... lalu menjadi seribu, puluhan ribu, ratusan ribu hingga jutaan.

Mari kita berusaha dengan kemampuan kita masing-masing untuk memajukan bangsa ini dengan sebaik mungkin. Ingat! Kita semua adalah manusia terpilih!