Bencinta

Tubuh kaku terpaku, berbaring tanpa sehelai benang menyelimuti. Tidak ada siapa-siapa. Dingin. Satu-satunya yang mampu menemaniku mungkin Putri Salju. Namun sayang kemarin ia telah mati, mencair... entah terbakar api cemburu atau hawa nafsuku terlalu panas untuknya.

Manusia selalu mencari kehangatan, meskipun tahu bahwa dirinya hanya seonggok tanah. Apa yang terjadi jikalau api membakar tanah? Arang menjelma menjadi abu, angin meniupnya bersama debu.

Mainkan sebuah Aria sebagai persembahan untuk iblis. Lalu biarkan para malaikat menghampiri dirimu untuk membantai tanpa belas kasih. Mengeringkan seluruh isi tubuhmu, meminum darahmu kemudian mengencingi mayatmu. Kata siapa malaikat itu pasti baik?

Aku selalu bingung bagaimana orang bisa mencintai Tuhan tanpa membencinya sekalipun. Bagaimana mereka bisa terus menerus mengutuk setan dan leluhurnya tanpa kenal lelah... sebagai penyebab segala rasa khilaf dan sumber dosa perbuatan mereka.

Cinta... cuih! Cinta kepada Tuhan, cinta kepada malaikat, cinta kepada iblis, cinta kepada alam, cinta kepada manusia lain, cinta kepada benda, cinta segalanya. Cinta tetaplah cinta, kemurniannya tak terbantahkan.

Dalam setiap hubungan cinta, selalu ada benci. Karena keduanya tak bisa hidup sendiri, seperti dua insan manusia yang dipersatukan dalam suatu ikatan yang dianggap suci. Benang merah penuh pengorbanan. Jikalau memisahkan diri menghasilkan cacat selamanya. Tidak peduli pihak mana yang benar dan salah. Tidak peduli apakah kamu berdiri, duduk... atau tidur.

Lalu bagaimana dengan mereka? Para pemuja Tuhan tanpa henti. Pernahkah mereka membenci Tuhan? Atau mereka terlalu takut untuk melakukannya? Atau mereka sendiri tidak yakin akan eksistensi-Nya?

Mencintai terlalu berlebihan, najis! Cinta tetaplah cinta, 5 huruf... C,I,N,T,A. Maka seperti seorang nabi yang menganggap Tuhan sebagai kekasih mereka, pernahkah para manusia terpilih itu membenci Yang Maha Mengasihi?

Cinta itu cinta, sudah berkali-kali aku bilang. Seperti racun dan obat sekaligus. Racun apabila ditelan melebihi dosis, niscaya akan dimuntahkan juga. Obat apabila terlalu sering diminum, akan menjadi tidak berguna. Silahkan bunuh diri... itupun kalau kamu mampu untuk menarik picunya.

Aku benci sekali dengan orang yang takut kepada setan maupun iblis. Aku juga benci kepada orang yang terlalu cinta kepada tuhan. Aku benci orang yang terlalu keterlaluan.

Jangan mencintai Tuhan kalau belum mampu untuk membencinya. Jangan pula menuhankan cinta kalau belum paham apa itu maknanya.

Aku bukan tanah, aku ini api.

Aku tahu diriku penuh dengan dosa dan taubat masih dalam perjalanan jauh, belum mampu untuk menghampiriku. Jangan salahkan aku, aku ini begini apa adanya. Jangan salahkan orang tuaku, saudara-saudaraku, teman-temanku, guru-guruku dan segala subtansi-substansi yang memenuhi pikiranku. Jangan salahkan apapun. Tidak perlu repot-repot untuk memadamkan diriku, Putri Salju saja menyerah. Aku ini api yang tetap membara diatas es. Kalau ingin tahu siapa yang harus disalahkan maka... salahkan Tuhan. Sang Pencipta yang telah menciptakanku seperti ini, Yang Maha Kuasa selamanya akan dendam kepada diriku. Namun aku percaya, Tuhan Maha Pemaaf.

Jangan samakan aku dengan para penipu itu, orang yang menyembah Engkau... namun masih takut kepada setan. Bukankah mereka ciptaan-Mu? Mengapa harus takut? Mengapa memposisikan setan dan Tuhan di level yang sama? Mati saja kalian para penipu berjubah, bersorban putih penuh ketombe!

Ah... Tuhan, nampaknya malam ini kita berada di pihak yang sama. Bagaimana dengan esok hari? Engkau saja yang menentukan, aku terlalu malas untuk berencana.