"Kenapa?"
"Aku selalu memikirkanmu kemudian menangis...
Aku selalu memikirkanmu kemudian menangis...
Aku selalu memikirkanmu kemudian menangis...
Aku selalu memikirkanmu kemudian menangis...
Aku selalu memikirkanmu kemudian menangis...
Aku selalu memikirkanmu kemudian menangis...
Aku selalu memikirkanmu kemudian menangis...
Aku selalu memikirkanmu kemudian menangis...
Namun entah mengapa air mataku ini tak pernah habis kuberikan untukmu."
Melihat dirinya seperti itu, aku hanya bisa menarik nafas panjang dan perlahan. Lalu menghembuskannya hawa panas yang nista. Seolah beban yang ada di seluruh dunia ini terpaku di atas pundakku dan semakin lama semakin memberat.
Hujan selalu membuatku sendu.