o kekasih
siang ini di rumahmu
tersisa aku di tengahnya
sementara wajahku ini
tetap setia dipeluk masker
tadi khatib berwasiat
bahwa wabah ini akibat
ulah tangan kita sendiri
mengingat itu membuatku
hampir ketiduran lagi
usai kembali merayu dirimu
lubang pantatku berubah
menjadi sangkakala
nadanya meraung ke segala penjuru
memantul-mantul mengisi kepala
untunglah tidak ada yang tepuk tangan
atau ikut berjihad mencicipi
dan kipas angin di samping namamu
masih saja terus menggeleng-geleng
o kekasih
sesungguhnya aku hanyalah
sebongkah wadah yang kotor