Countour & Ill-Esha - Point Of No Return

This one is Countour and another Ill-Esha's voice, loving it! Tune called Point Of No Return. Such a moody tune, perfect for another hope of love. Please enjoy it. :)

Special thanks for miguelpl90 for the upload and gownomac also illeshadj for correcting me. Well here's the lyric (if there's another correction, due please comment):

One day you appeared
Right out of the sand from nowhere
And suddenly here
And there were no expectations

Taking my hand
Walking through sand
I didn't need much more
But soon every day
Your beautiful eyes were smiling at my door
And slowly that part of me
That I buried oh so deep
Started to break the chains
And wake from this endless sleep

Now it's out of hand
I've lost my command
And you'll never feel the same
Cause you are unconquerable
And I've already lost this game

Right here in my life
Wish I can freeze this moment
For some other time
When I sit alone on the edge of my bed

I just can't go on
When things are so out of focus
Will I ever learn
The more I love the more it burns
I reach the point of no return

Cause you see I don't stop
The truth people fall from any universe

A wandering heart
A world of apart

I wish that a place for rebirth


Kostum

Kita semua memakai kostum,

Kamu...
Serigala berbulu domba...

Aku...
Singa yang tertidur.

Dunia terus berputar dan berubah,
Namun pada akhirnya rimba yang menang.

Tenang saja sayang, semua akan baik-baik saja.

Karena kita sang pemangsa.

Order

Just a glimpse of truth,
If such thing could exist.

In order to find God,
You don't need another prophet nor another cult

In order to grasp God and Its power,
The absolute Thing of existence --- again, if such Thing could exist;

It start within yourself,
Hidden deep inside,
Thus simply...

You must lose Him/Her/It first.

Killing from the inside,
Such is the way of human nature.

Then you'll know that...
Everything is in order.

Tell me why there is the truth,
Why? Why? Why?

The Lion and The Hunter

Once upon a time, live a lion.
His neighbor is a hunter.
That night, he decided to visit his neighbor.

“Howdy hunter?”

“Howdy lion!”

“What’s your dinner?”

“Just a rabbit, they’re hard to find nowadays.”
--- The hunter complained.

“Oh I see.”

“What’s yours?”

“You, and the leftover of your meal.”

-------
"If a lion could talk, we could not understand him."
--- Ludwig Wittgenstein

Ini

Sendiri,
Memeluk sepi.

Berimajinasi,
Terkurung tanpa jeruji,

Murni,
Sebuah kreasi.

Tapi...

Yang mana yang asli?
Yang mana yang mimpi?

Di setapak jalan buntu ini,
Hanyalah sebuah ilusi...

Yang saling membuntuti,
Yang penuh rasa iri,
Yang mandiri,

Tanpa sebuah inti.


Namun tidak ada yang berani...
Menghayal untuk pergi.

Lagi dan Lagi

Malam ini seperti biasanya, aku sendiri. Duduk di depan layar laptop butut ini, untuk mulai menulis sebuah paragraf yang mungkin nanti tidak akan begitu berarti, tapi masih berguna untuk membunuh waktu.

Lagi dan lagi hari ini Bandung hujan, disaat itu terjadi semua terasa dingin. Mau bangun malas, mau pergi ke luar untuk cari makan juga malas. Untunglah cuaca lebih reda sekarang, yang tersisanya hanya tetes hujan yang jatuh perlahan --- seolah mereka menggantungkan hidup mereka di atas genting dan melawan takdir, menolak untuk mengikuti hukum gravitasi --- namun mereka semua tahu bahwa itu adalah tindakan sia-sia.

Sudah berapa lama kita bersama? Aku yang bodoh lupa akan hitungan sederhana semacam ini, maaf. Beberapa orang bilang bahwa setiap kegiatan yang kamu cintai niscaya tidak akan pernah membosankan, makanya sebagian dari wirausaha melakukan bisnis mereka sesuai dengan minat dan hobi masing-masing. Aku? Ah... mungkin bisa dibilang hobiku tidak bisa menghidupi diriku di masa depan nanti.

Sisa keringat langit masih saja terus jatuh, tiap tetesnya membuat suara yang berbeda. Sementara mahluk-mahluk lain sibuk terlelap dalam mimpi, lupa untuk memuja rembulan. Dan ia, masih terlihat sangat cantik... meskipun cahayanya hanya sebuah hasil rampasan. Sayangnya aku tidak bisa melolong malam ini dan itu bukanlah sebuah alasan melainkan fakta belaka.

Alasan... hmm...

Apakah alasan itu? Yang jelas semua orang memiliki alasan masing-masing dan selalu berbeda satu sama lain. Beberapa orang tidak suka dengan apa yang dinamakan sebagai alasan, karena itu hanyalah sebuah usaha untuk menunjukkan ketidak-mampuan seseorang atas kepercayaan yang telah diberikan serta melepas tanggung jawab kewajiban kepada sesuatu yang kosong... sang alasan itu sendiri. Sekarang aku sedang mencari di Google tentang asal mula alasan namun hasilnya tidak ada yang sesuai dengan apa yang aku cari. Lalu aku mencari di wikipedia, dan inilah hasilnya...
Alasan adalah proses penyampaian kesimpulan dari data. Alasan terdiri atas bukti (data), tuntutan (kesimpulan) dan pemikiran yang membenarkan gerakan dari data menuju kesimpulan.
Terbukti bahwa Google bukan Tuhan dan terkadang Wikipedia tidak hanya berisi informasi palsu. Dari definisi di atas sebuah alasan terdiri atas kumpulan bukti-bukti. Jika seseorang mempunyai sebuah alasan namun tidak memiliki bukti, berarti kesimpulannya adalah pembohong --- dan aku menuntut agar itu menjadi benar. Namun apalah arti benar? Aku sendiri sampai sekarang tidak yakin betul akan definisi, konsep maupun arti sebuah benar maupun kebenaran yang aku miliki. Yang aku rasa, aku hanyalah seorang manusia... yang senantiasa berbuat dosa, sadar akan dosa tersebut dan terus melakukan dosa itu karena tidak pernah merasa puas dan itu semua terasa asik teramat sangat.

Jadi, apa inti dari tulisan ini? Ah... aku tidak tahu. Sial! Seharusnya aku mengerjakan skripsi tetapi entah mengapa rasanya berusaha untuk mengumpulkan niatnya saja sudah sia-sia. Lalu apa hubungannya dosa dengan alasan? Dan yang lebih penting lagi, apa hubungannya dengan aku, diriku dan maksud dari semua tulisan ini?

Mari kita putar balik itu semua 3 tahun silam...

Aku hidup sendiri karena pilihan. Tidak pernah mempercayai siapapun karena telah kalah dalam pertarungan yang bernama cinta, dan... berakhir dengan pengkhianatan. Air susu dibalas air tuba. Dalam kesendirian itu, aku terus mencari dengan setengah hati. Karena aku tidak pernah mengenal kata menyerah dan aku tahu betul bahwa kesempatan selalu ada.

Sampai pada saat itu, aku bertemu dengan dirimu dan seketika aku jatuh. Cinta pada pandangan pertama, begitulah orang biasa bilang untuk mencari vagina gratis dengan membodohi gadis belia dibawah umur... toh siapa pula yang mau menerima resiko untuk terjangkit penyakit menular seksual. Yah... mulai melantur, maaf.

Mungkin karena para betina disaat itu semuanya terlihat jelek sehingga mataku berbelanja. Tapi itu semua adalah takdir yang memanipulasi diam-diam agar aku sadar akan sosok cantiknya dirimu.

Yang pertama kali aku lihat adalah rambutmu itu, seperti kuning mentari. Matamu yang bening besar dan senantiasa berbinar. Gigimu yang rapi, bukan seperti gigi wanita modern saat ini yang rapi karena alat bernama kawat atau 'behel', tidak sayang... aku ahli dalam menilai wanita, dan aku tahu gigimu itu murni rapi karena genetika sehat dan kuat. Lalu badanmu, kalau para playboy menilai dari skala 10 kamu mungkin mendapat skala 8 --- tapi ingat! Itu dulu... itu dulu sayang, sebelum kamu sial bertemu denganku dan mengurangi nilai itu sebanyak kurang lebih 1 sampai 2 poin.

Tapi memang dasarnya aku ini selalu pasif, kalau pemain bola mungkin aku lebih dipuja daripada Saint Iker. Hanya menunggu tanpa aksi... dan pertemuan itu berakhir tanpa hasil.

Setelah itu aku senantiasa bermimpi akan dirimu, meskipun kebanyakan disaat aku terbangun aku tidak ingat akan mimpi itu. Toh... aku terbiasa tidur tanpa mimpi, hanya murni kegelapan dan itu mendamaikan.

Waktu terus berputar dan setelah beberapa saat akhirnya pertemuan diadakan kembali. Aku berharap cemas agar kamu datang juga. Tapi aku memang manusia pemalas, aku telat bangun! Hasilnya, aku hanya bisa menjabat tanganmu dan sekedar basa-basi biasa seperti homo homini lupus lainnya.

Untunglah seorang sahabat memberiku sebuah informasi yang berharga, bahwa kamu akan melanjutkan kuliah di kota yang sama dengan aku menghabiskan masa mudaku penuh hura-hura, berfoya-foya layaknya tiada hari esok.

Waktu kembali berjalan.... dan pertemuan berikutnya kembali diadakan. Saat itu, aku yang bermimpi untuk mendapatkan dirimu, aku tidak tanggung-tanggung untuk melakukan aksi pendekatan. Kamu tertangkap!

Memang dasarnya aku manusia paling beruntung sedunia, sedikit usaha... hasil telah tercapai. Kala itu, kita berdua senantiasa bersama menghabiskan masa. Teman-temanku mulai mempertanyakan kemana aku pergi dan senantiasa menghilang. Mereka semua tidak tahu, aku merahasiakannya... sampai akhirnya kamu dengan cerewet minta untuk mengenal semua temanku dan aku menurut seperti anjing yang setia kepada majikannya.

Waktu tidak pernah lelah untuk berjalan ke depan, begitu pula dengan romantika yang kita miliki. Sampai saat ini, aku masih mengganggap aku beruntung karena ternyata rumahmu di kampung tidak jauh dari rumahku di kampungku. Yang lebih mencengangkan lagi adalah, seprai kamar tidurmu --- kuning dengan hiasan bunga berwarna merah --- yang merupakan hadiah dari ibumu ternyata... aku juga memilikinya sama persis di tempatku dan juga berupa hadiah dari mamaku.

Aku tidak pernah menyatakan cintaku kepadamu, karena aku tahu itu hanya sebuah formalitas. Jangan anggap aku juga menentukan tanggal resmi ikatan kita, terlalu merepotkan. Terlebih lagi untuk mengingatnya karena kamu tahu aku ini pelupa... apalagi ditambah dengan kebiasaan hidupku sehari-hari. Akhirnya kamu menyerah dan tidak memusingkan akan hal itu lagi.

Kita sepakat untuk bersama. Sekian.
Tapi...

Kamu tahu betul, kan? Semua pria bajingan diluar sana... disaat mendekati seorang wanita pasti akan berlagak seperti pangeran dan berbaik hati. Hingga akhirnya mendapatkan apa yang ia inginkan, memainkan wanita itu sesuka hati lalu melupakannya. Begitu pula denganku, sayangnya kamu sial... karena aku lebih brengsek daripada bajingan-bajingan itu.

Waktu akhirnya berbicara... Romantika kita hanya seperti sebuah jadwal pelajaran di sekolah tinggi dahulu. Kira-kira seperti ini:

Senin - Berkelahi dan bertikai
Selasa - Berkelahi dan bertikai
Rabu - Berkelahi dan bertikai
Kamis - Berkelahi dan bertikai
Jumat - Berkelahi dan bertikai
Sabtu - Berkelahi dan bertikai
Minggu - Istirahat

Dan pekan berikutnya terulang kembali dari awal seperti playlist iTunes yang berisi lagu-lagu basi. Pertanyaannya adalah, kenapa kita berdua tahan?

Aku keras kepala, kamu jauh lebih keras kepala. Pada akhirnya aku hanya berpura-pura mengalah untuk menang. Terjebak dalam lingkaran setan. Sampai sekarang...

Kemarin, seperti biasa --- tidak seperti pasangan kekasih yang lain --- ritual weekend kita adalah perang! Kamu senang dan aku menikmatinya...

Berakhir pula seperti biasa, aku membunuh batinku dan kamu menangis. Maka terjawab sudah apa hobi dan minatku, yaitu: membuatmu menangis. Dan jikalau para praktisi sok pintar wirausaha itu berkhotbah untuk membuat usaha yang sesuai dengan hobi, silahkan praktisi itu memutar otak untuk mencari uang dari hobiku yang satu ini.

Setiap kamu menangis, kamu memaksa agar aku menjanjikan agar tidak membuatmu sedih dan meneteskan air mata lagi. Dengan brengseknya aku senantiasa pura-pura lupa dan mengingkari janji itu. Ya sudah...

Aku senantiasa menyia-nyiakan dirimu, membuatmu sedih dan menangis berulang kali yang bahkan bisa menyaingi jumlah tetesan hujan malam ini, mematahkan hatimu setiap waktu, menggagalkan rencanamu dan membuatmu ikut merasakan virus kegelapan yang aku miliki hingga akhirnya kamu benar-benar ingin bunuh diri. Namun akhirnya...

Aku tidak pernah bisa melepaskan dirimu meskipun sekuat tenaga aku mencobanya, dan kamu... tidak bisa meninggalkan diriku dan senantiasa mengikuti jejak kelam milikku ini.

Aku terkutuk dan kamu terkutuk. Mungkin, memang kita berjodoh.
Siapa yang tahu?

Biarkan waktu yang menjawab, kita hanya bisa berusaha sebaik-baiknya. Akhir kata...

Aku mencintaimu, teramat sangat. Sampai ingin membunuhmu, lalu menghidupkanmu kembali seperti boneka ciptaan Dr. Frankenstein, mencintaimu sepenuh hati lagi lalu mencabut nyawamu kembali dan terus berulang lagi.

Sabar, ya? Sayang... mungkin ini memang sudah jalannya, menghancurkan satu sama lain.

Terima kasih sayang, untuk segalanya --- termasuk pizza yang tadi kamu bawa ke tempatku untuk kita makan bersama-sama sebagai dinner. Aku masih memanipulasi dirimu karena mimpimu untuk tumbuh tua bersamaku, mari kita berusaha sebaik-baiknya. Tuhan tidak usah ikut campur!

Solely

Image: Define: Authority:
The supreme being, far superior
from us all. A sole ruler, alone and
trust only himself. He smiles every time,
valiant, shine, honest, witty, grace, and brave.
From hero to zero, his orders are just. Committed
to no one, in every of his absence will make him more
valuable. The crown on his head, wear a robe with dignity.
Mutual truth is that he also put on a silky tunic, hid deep inside.

All Is Happy

No matter how hard you try,
You can't please everybody...
Making everyone happy...
It's futile.

But,



You can always kill them all.

Just be true to yourself,
Hopefully the path will reveal itself.

Enough said.

Ellie Goulding - Starry Eyed (Jakwob Remix)

Well, normally I don't listen to dubstep unless it's a cool tune. This one is an exemption. This great bizarre bass effect truly drugged me. The soothe Ellie Goulding's voice and the Jakwob remix is perfect sync. Enjoy, Starry Eyed. If you don't believe me, try listen to the original song. Oh.. I almost forgot, try max your volume and blow your eardrums! Hysteria! Next thing we're touching. :)



Special thanks for paulie12986 for the upload.

Satu Minggu

Senin:
Kala itu kita pertama kali bertatap muka, aku melihat diriku berada di dalam dirimu.

Selasa:
Kita berjumpa lagi, aku melihat lebih jauh penuh kekosongan dan tersenyum.

Rabu:
Masih tetap berdekatan, aku menghadap barat engkau menoleh timur. Diam seribu bahasa.

Kamis:
Sama seperti kemarin, hanya kita berdua saja. Biarkan yang lain cemburu.

Jumat:
Malam yang sepi, tapi kita memiliki satu sama lain. Tanpa pernah saling mengusik.

Sabtu:
Tidak ada yang berubah, hanya ikatan yang makin erat. Meskipun aku tidak pernah membelaimu.

Minggu:
Kamu masih saja hitam, memantulkan kesan suram. Namun entah mengapa aku tidak bosan melihat lewat dirimu.

Wahai jendela di kamarku, sudah lama aku tidak melihatmu bermandikan sinar mentari.

One Liner, Not!

HEAVEN
........
T
(h)
i
s
-
I
s
-
N
o
t
........
A
........
O
n
e
-
L
i
n
e
r
-
M
e
s
s
a
g
e
-
J
(u)
s
t
........
A
........
C
o
l
u
(m)
n
........
(A)
........
S
i
n
g
l
e
-
O
b
j
e
c
t
-
W
i
t
h
-
I
t
s
-
O
w
(n)
-
S
o
l
i
t
u
d
e
........
HELL

Untuk Hari ini

Kemarin, aku telah menulis:
Titik

Hari ini, aku sedang menulis:
.

Besok, aku mau menulis:
Titik.

Lusa adalah kemarin,
Semua tetap penuh tanya.

Kembung

Di tangan kanan pegang iPhone 4G
Di tangan kiri genggam Blackberry

CDMA sudah ketinggalan jaman --- Berdebu usang,
Sendirian di gudang

Minum terus sampai melebar kembung
Jangan dibuang jadi kencing! --- Sayang.

Perut seperti gelembung
Dasar manusia kacung

Minum terus sampai mual melintir
Jangan dilepeh jadi muntah! --- Mubazir.

Hm... --- Ah! aku lupa sampai mana

(Clak Clak Clak)

Maaf,
Liurku terbit.

Masalah

Oh tuhanku, Allah.
Kenapa ada masalah?
Masya Allah

Oh tuhanku, Allah.
Kenapa ada masalah?
Masya Allah

Oh tuhanku, Allah.
Kenapa ada masalah?
Masya Allah

Solusi pergi
Teka teki berkunjung lagi
Jawaban senantiasa sembunyi
Awalnya memang harus begini
Akhirnya semua jadi misteri

Menengok ke kanan, bertemu kiri
Meneropong depan, belakang menghampiri
Semuanya berubah tanpa henti
Mungkinkah termasuk nasib surga dan neraka, nanti?

Oh tuhanku, Allah.
Masya Allah!

Disaat aku sendiri,
Engkau terisolasi

Alhamdulillah.

Dua per Tiga Malam

Malam itu aku teriak sekeras-keranya, pita suaraku bergetar dengan pedih. Banyak orang bilang bahwa dinding memiliki telinga dan pintu mempunyai mata. Ternyata mereka salah.

Angin dingin merangkul penuh kehangatan. Bau malam yang hanya bisa dicium oleh orang yang mencintai kegelapan. Jangkrik mengunci mulut, kunang-kunang enggan berkilau. Tidak ada bulan perak, jangan harap ada bintang. Awan sudah seperti nila, yang ada hanya kelam.

Seperti seekor serigala yang lahir untuk menyendiri, keluar dari kelompoknya. Untuk bertualang, mencari sesuatu --- entah apa itu --- lalu menjemput kematian. Aku di sini duduk bersama imajinasi. Menarik nafas dan menghitungnya. Menghembuskan nafas dan menjumlahnya. Batin berperang damai sekali. Seandainya mentari tidak pernah ada, pastilah semua akan berbisik penuh ketakutan kemudian saling meraba mesum. Lalu aku bosan...

Aku mengaum, mengusir hantu-hantu kesepian. Melolong riang karena sendiri. Menghela cepat karena senang. Aku tenggelamkan kepalaku, rasanya seperti neraka. Panas membara di dalam, dingin kebas di luar.

Arrrrrrrrrrgh! Ah!

Aku teriak sekencang-kencangnya. Gelembung menjadi mayat, mengapung lepas dari ikatan. Pita suaraku bergetar, tembok bak menggigil. Namun sayang...

Dinding ternyata tuli dan pintu terlahir buta, yang tersisa hanyalah perih mengiris bahagia. Surga dalam 2x3, tepat dua per tiga malam. Saatnya serigala tidur. Selamat tinggal matahari.