Aturan Main

Hari itu cuaca mendung sehingga matahari mengedipkan sinarnya. Waktu tepat menunjukkan pukul 11:00. Aku dan rekan kriminalku memutuskan untuk pergi ke pasar. Mengapa ke pasar? Karena kondisi keuangan mengharuskan, harga supermarket tidak begitu ramah kepada para mahasiswa.

Ternyata kesiangan memang menurunkan keberuntungan yang dimiliki. Kebanyakan penghuni pasar itu sudah pada minggat ke rumah masing-masing untuk menonton acara gosip waktu istirahat makan siang. Laris manis terjual habis semua dagangannya, syukurlah. Tapi beberapa masih ada yang berjualan.

Seperti biasa, perbincangan bodoh dimulai...

"Nyet! Kesiangan kita, parah ni. Bisa ga dapet apa-apa."

"Ya elah, lo tau gitu jam bangun siang gw... ini masih dibilang dini hari tau!"

"Haduh, kira-kira dapet ga ya... semua yang nanti dibutuhin buat masak?"

"Dapet kali, santai aja. Rejeki ga akan kemana."

"Tapi kata mak gw, klo ke pasar siang-siang itu jorok."

"Laaaaaah! Namanya juga pasar tradisional, maklum kale. Emang kondisinya masih kaya gitu, masyarakat juga blom gitu sadar tentang kesehatan dan segala tetek bengek yang dianggap kurang penting," Aku menceramahi dirinya seperti biasa.

"Gw jg tau begooo! Maksud mak gw, klo datengnya kesiangan itu jorok!"

"Kenapa sampahnya numpuk ya? Ato uda berantakan?" Aku kebingungan.

"Klo itu pagi-pagi juga uda banyak. Kata mak gw, klo ke pasar jangan kesiangan. Barang dagangannya kan uda pada dipegangin orang-orang. Lo kaya kaga tau ibu-ibu aja, kan klo blanja milih-milih, raba-raba, grepe-grepe dulu barang yang mau dibeli. Jorok, jijay. Ngebayanginnya aja gw da males!"

"Haduuuuuh..." Aku kehabisan kata-kata untuk membalas.

Akhirnya kita berdua keliling pasar untuk membeli apa saja yang bisa digunakan untuk meredam amukan asam lambung. Mulai dari sayur mayur, 'brambang' (bawang goreng), bumbu masak dan juga ayam... karena aku bukan vegetarian. Lihat saja taring-taringku yang selalu terasah tajam dan siap mengoyak segala jenis daging yang melawan ketika masuk dalam mulutku. Tidak lupa, akupun tergopoh-gopoh mengangkat beras yang akan dibawa kembali ke markas. Rekan kriminalku juga tidak luput untuk melakukan aksi yang sama, aksi yang dianggapnya sebagai jorok dan jijay tadi, memang genetika selalu jujur.

Sesampainya di markas, kosan rekan kriminalku itu. Persiapan untuk memasak dimulai. Tapi... Oh! Ternyata, pada saat mencuci ayam. Ternyata ayamnya penuh dengan tulang, padahal rekan kriminalku secara spesifik sudah bilang kepada penjual bahwa minta dada ayam di fillet. Jadilah kita berdua kena getahnya karena bangun terlalu siang. (Sebenarnya ini semua murni kesalahanku karena jam biologisku yang bergerak secara acak, maaf ya.)

Setelah kejadian itu, aku menganalisis baik-baik... mengapa hal itu bisa terjadi? Logika yang aku miliki hanya menjawab seperti ini:

"Jelas aja! Seluruh dagangan milik penjual yang jujur selalu laris manis dan murah meriah (dalam arti mampu bersaing) pasti sudah diborong habis oleh para ibu rumah tangga yang begadang malamnya untuk mencari harga paling murah sebagai pembawa rejeki atau penglaris. Kalau bangun kesiangan, sisanya adalah para penjual yang kemungkinan besar tidak beres."

Seharusnya aku menyadari hal ini lebih awal, di kunjungan keduaku nanti... aku sudah mempersiapkan strategi perang! Tunggu aku wahai para pedagang yang tidak laku sehingga masih berjualan di siang hari!

Untuk para pembaca yang setia, hati-hati kalau membeli di pasar. Jangan sampai kena tipu. Usahakan membawa orang yang berpengalaman untuk mengajari intrik-intrik permainan jual beli di pasar tradisional. Kalau sudah banyak tahu, jangan lupa berbagi kepada yang lain ya.

Ngentot! Fillet ayamnya jadi sedikit. :(