matahari menyeringai, membuat langit bolong
kita berdua duduk berlindung di bawah ketiak kanopi
berbagi momen ketika gelas-gelas perlahan berkeringat
aku mengintip kedua matamu dan menelan ludahku
senyumanmu merekah, pupilmu menganga
melahap semua bayanganku yang terbius kamomil.
semua itu fakta, bahwa ternyata aku masih tidak mengerti
akan cinta. maka bersabarlah, dan terus ajari aku
hingga romantisisme reinkarnasi di kolong tubuhmu.
amin.
connor pearson - why (prod. by sam gellaitry)
why do we fight when we know we're all the same?
this world's on fire and there's no need to feed the flame
this isn't the time, this isn't the place
so why do we fight? brothers and sisters all the same
so why do we fight? brothers and sisters all the same
just ask the question why
i'll tell you i don't know
we're running out of time
i thought that you should know.
bukan urusanku
"aku sayang kamu, dan
aku tidak mau kamu mengalah, tapi
aku juga tidak mau kalah."
sayang,
kulitmu susu atau kulitmu kopi
hangatmu tetaplah mentari pagi di musim semi.
sayang,
bukan urusanku,
kalau hatiku retak
sayang,
bukan urusanku,
kalau jiwaku runtuh
dan sayang,
bukan urusanmu pula,
kalau aku hancur lebur
untuk manisnya senyumanmu.
maka bumi hanguskan jembatan-jembatan itu
biarkan abunya ditimang arus sungai hingga mengawang,
agar di malam-malam yang sepi,
para hantu tak lagi bisa melintas,
dan mengetuk pintu kamarmu kembali.
amin.
aku tidak mau kamu mengalah, tapi
aku juga tidak mau kalah."
itulah paragraf penutup
surat cinta pertama
yang aku terima.
sayang,
rambutmu pirang atau rambutmu hitam
matamu tetaplah dedaunan ek di musim gugur.
sayang,
kulitmu susu atau kulitmu kopi
hangatmu tetaplah mentari pagi di musim semi.
sayang,
bukan urusanku,
kalau hatiku retak
sayang,
bukan urusanku,
kalau jiwaku runtuh
dan sayang,
bukan urusanmu pula,
kalau aku hancur lebur
untuk manisnya senyumanmu.
maka bumi hanguskan jembatan-jembatan itu
biarkan abunya ditimang arus sungai hingga mengawang,
agar di malam-malam yang sepi,
para hantu tak lagi bisa melintas,
dan mengetuk pintu kamarmu kembali.
amin.
saksama
jatuh cinta berjuta rasa
ada rindu bila tak jumpa
jatuh cinta berjuta rasa
ingin selalu mesra berdua
jatuh cinta berjuta rasanya
biar siang biar malam terbayang wajahnya
jatuh cinta berjuta rasanya
biar hitam biar putih manislah nampaknya
itulah sabda para paruh baya
yang ditinggal pergi kekasih mereka
sedangkan jiwa kita masih muda, begitu pula
dengan cinta kita, yang cuma punya dua rasa:
antara aku menjilati punggungmu dengan saksama
atau kamu mencakar punggungku tanpa ruang sisa
bisa juga keduanya di waktu yang sama, meskipun langka
seumpama nirwana terperangkap di tengah-tengah kita
sayang, maafkan aku yang belum piawai menelan derita.
bersabarlah sebentar lagi, esok lusa kita mekar sempurna.
maka biarkan nafsu dan kata-kata mutiara hijrah ke alam baka
agar kita berdua merdeka dari racau rayuan yang fana.
cukup mata kita saja
yang berbicara.
amin.
ada rindu bila tak jumpa
jatuh cinta berjuta rasa
ingin selalu mesra berdua
jatuh cinta berjuta rasanya
biar siang biar malam terbayang wajahnya
jatuh cinta berjuta rasanya
biar hitam biar putih manislah nampaknya
itulah sabda para paruh baya
yang ditinggal pergi kekasih mereka
sedangkan jiwa kita masih muda, begitu pula
dengan cinta kita, yang cuma punya dua rasa:
antara aku menjilati punggungmu dengan saksama
atau kamu mencakar punggungku tanpa ruang sisa
bisa juga keduanya di waktu yang sama, meskipun langka
seumpama nirwana terperangkap di tengah-tengah kita
sayang, maafkan aku yang belum piawai menelan derita.
bersabarlah sebentar lagi, esok lusa kita mekar sempurna.
maka biarkan nafsu dan kata-kata mutiara hijrah ke alam baka
agar kita berdua merdeka dari racau rayuan yang fana.
cukup mata kita saja
yang berbicara.
amin.
berdua bertualang
di luar hujan, dan kita terjebak
bantalmu basah, celanamu basah.
mulutku basah, pikiranku basah, jauh
sebelum deras rintik menggendong segala resah.
di luar hujan, dan kita terjebak
kita berdua bertualang di rimba pelukan
mencari harta karun yang terpendam di ketiak selimut kusut
nyalakan perapian di hati, mencoba membunuh sepi
berdua mandi dalam celupan kasihnya
dan kita tidak akan pernah kering lagi
oh, betapa beruntungnya kita, utuh menjadi manusia.
bantalmu basah, celanamu basah.
mulutku basah, pikiranku basah, jauh
sebelum deras rintik menggendong segala resah.
di luar hujan, dan kita terjebak
kita berdua bertualang di rimba pelukan
mencari harta karun yang terpendam di ketiak selimut kusut
nyalakan perapian di hati, mencoba membunuh sepi
di luar hujan, dan kita akhirnya terbebas
berdua mandi dalam celupan kasihnya
dan kita tidak akan pernah kering lagi
oh, betapa beruntungnya kita, utuh menjadi manusia.
amin.
kumat
aku bukan binatang jalang
cuma kelakuanku saja, yang sedikit mirip,
itupun kadang-kadang, kalau sedang kumat.
aku juga tak mau hidup seribu tahun lagi
pasti aku akan gila ditelan bosan dan sepi
ditinggal pergi orang-orang yang disayang.
aku cuma mau cepat-cepat pulang
dibakar api hingga kembali safi.
amin.
cuma kelakuanku saja, yang sedikit mirip,
itupun kadang-kadang, kalau sedang kumat.
aku juga tak mau hidup seribu tahun lagi
pasti aku akan gila ditelan bosan dan sepi
ditinggal pergi orang-orang yang disayang.
aku cuma mau cepat-cepat pulang
dibakar api hingga kembali safi.
amin.