dada

dada ini adalah sebuah penjara
di dalamnya seekor burung hantu yang buta
yang senantiasa berkicau berduka ria
dan terus asik bermimpi akan wajah cahaya

suatu ketika maut datang menyapa
dada ini dibelahnya menjadi simalakama
melihat semua pesona yang telah tersandera
maut pun bunuh diri karena putus asa

amin.

menanam

wahai kekasihku
lambung kecilku tak akan pernah cukup
untuk menampung segala pengorbananmu
demi memperpanjang nafasku sendiri

wahai kekasihku
kedua tanganku adalah mangkuk kosong
yang diam-diam engkau sambung
garis-garis di tiap telapaknya

wahai kekasihku
dengan kemurahanmu, aku adalah seutas debu
dengan kemurahanmu, aku menanam sebiji zarah
dengan kemurahanmu, aku menuai milyaran bintang

amin.

menyusup

di dalam dada ini
ada samudra rindu
yang gelombangnya bergejolak
tak mengenal waktu

dan karena aku adalah
mahluk yang sangat lemah
maka buih-buih ombaknya
seringkali menyusup keluar
di kedua ujung mataku

amin.

menyatu

di kebun hati ini
hujan turun tanpa henti

meluruhkan warna-warni
kelopak bunga-bunga sepi

biarkan semuanya basah
dan tenggelam menyatu

amin.

mengecup

aku dan hujan berdua-duaan
telanjang dan berpelukan
bermesra-mesraan mengecup kegelapan

ketika pintu terkunci
dan lampu mati
tengah malam di kamar mandi

amin.

bersekongkol

ibu duduk di pundak kananku
ayah duduk di pundak kiriku
sebelum nafasku mengembus
mereka berdua telah bersekongkol

dengan doa-doa panjang mereka
yang terus menerus mencekik
jenjang leher raqib dan 'atid

agar segala lemah dan salahku
terlelap dengan nyaman
di balik kelambu hijab tiada cela

semoga kekasihku
yang kesabarannya tak pernah mengenal batas
senantiasa mencumbu ranum pipi keduanya
hingga maut usai disembelih

wahai ayah dan ibu, maafkan anakmu ini,
budi baitku sebatas ini saja.

amin.

nyenyak

tidur yang paling nyenyak adalah
tidur siang di hari jumat
ditemani khatib yang sibuk
bersembunyi di balik mimbar

terus asik ia bersiul
melantunkan kicau-kicau mesra
musyawarah para burung

ada jiwa yang bersila di kananku
menepuk keras-keras mulus pahaku
memintaku melanjutkan mimpi
untuk setia pasrah mengabdi
hingga semua janji terpenuhi

wahai kekasihku,
sekejap pun aku tak bisa lepas
dari timanganmu

amin.

satu jalan

ledakan besar
energi tercipta
waktu terlahir
semesta tiba

semua nyata
berada pada
satu jalan

galaksi-galaksi menyusuri lintasan
berlomba lari saling berjauhan

jiwa-jiwa berkelana
terjebak di rumah yang sama

lewat gambar dan suara
lewat jagat layar kaca
lewat lelap lawat mereka
bermimpi untuk saling bersentuhan

amin.

hidupku

hidupku adalah halilintar
yang pecah di pusat malam
yang menerjang gelombang di tengah samudra
yang menghancurkan lelap para ikan

hidupku adalah halilintar
yang cabangnya terus menerjang ke segala arah
yang pijar kilatnya membutakan cakrawala
yang gemuruhnya memenuhi gendang nasib

hidupku adalah halilintar
yang pasrah jatuh ke pelukan waktu
yang selamanya berlari menuju akhir
yang setia menyala berujung ke satu

amin.

di pergelangan tanganmu


----- i -----


sayang, di pergelangan tanganmu
matang anggur-anggur cinta

kau belah diam-diam dagingnya
sampai terbit senyum biji-bijinya

sayang, di pergelangan tanganmu
bersemayam biji-biji kasih surga

kau usap ikhlas tiap senti cangkangnya
agar nanti bunganya tumbuh tak tercela

sayang, di pergelangan tanganmu
mekar sekuntum bunga hatiku yang berduka

mengakar denyut seirama hangat nafasmu
dibius manisnya kecupan mahkota senyumanmu

----- ii -----

lalu gelap malam datang bertindih-tindih, serentak
sampai putik-putik waktu berdetak retak

membuat nestapa khusyuk bermesraan di ranjangmu
menyutubuhi cantiknya sunyi di depan cermin riasmu

sementara aku duduk setia di depan pintu, menunggu,
sembari menggigit lidah benang-benang sari kelu mimpiku



----- iii -----

masa menjelma sabar, senantiasa berdoa untuk kita merdeka,
kelopak syukur pun terbuka, sadar dari mabuk rindunya

bersuka cita sambut telapakmu, aku rapal mantra sederhana:
"sayang, selamat datang kembali. ayo kita bermain lagi!"

tidak apa-apa sayang, sungguh, semua akan baik-baik saja
terkadang jiwa ini mati rasa, hidup cuma fatamorgana

sementara lukamu adalah pengorbanan tertinggi
orkestra nada-nada suci bagi kota yang terbakar sepi

amin.

kolam tua

bunga di dalam cermin
bulan di atas air
bulbul di belakang gelas anggur

di sebuah kolam tua
seekor katak asik berenang bebas
bebas lepas dari bayangannya sendiri.

tempurung kata-kata mati,
riak sunyi terpatri.

amin.

operasi plastik


tanggalan kalender menjelma cantik setelah operasi plastik
jantung saldo buku tabunganku kembali berdetik
lembar punggungnya sebulan tak berkutik, sekarang eksotik.

di rimba megapolitan, lahir mall-mall yang kian diburu
tiap senti pembuluh darahnya aku jelajahi penuh haru
ah, sudah waktunya untuk membeli air mata baru.

amin.

kebun hatimu

rambut perakmu disepuh waktu
gigi-gigimu lompat indah dari gusi
dadamu yang dulu ranum, sekarang telah lelah
keriput di kedua ujung matamu menyubur
perutmu dilipat-lipat oleh tangga rumah
tumitmu retak dijarah jarum nasib

tapi engkau terus menanam bibit sabar
tiap malam setia memanggil nama-nama kekasih
yang tak pernah kau lupa urutannya
hingga akhirnya kebun hatimu tumbuh lapang
dipenuhi anggur kasih sayang

maafkan anakmu ini
yang baktinya sepanjang korek api
semoga aku nanti tidak membakar habis
hutan mimpimu.

amin.

perak bulan

malam muram temaram, awan-awan berlalu-lalang
tangan angin mengelus rambut halus mereka,
kristal-kristal di langit kembali bening,
perak bulan mekar sempurna, gulita musnah.

di kepalaku kata-kata terus reinkarnasi,
aku hantamkan mereka ke tembok akalku
satu per satu tubuh mereka tercerai-berai,
bangkai-bangkai huruf berhamburan di lantai.

aku sapu segalanya ke sudut terdalam pikiranku
pelan-pelan semua menjelma lapang,
yang tersisa, berdiri sendiri di tengah, tinggal
alif.

amin.

saksi

wahai kekasihku,
malam tanpamu
adalah hampa.

wahai kekasihku,
malam bersamamu
selalu purnama.

sungguh bait-bait ini tercipta
agar bulan berkenan jadi saksi, dan
membela diriku di hari penghakiman.

amin.

runtuh

dinding-dinding retak
kaca-kaca retak,

tumit-tumit retak
dada-dada retak,

mimpi-mimpi runtuh
nasib-nasib patuh,

jiwa-jiwa jatuh
utuh sepenuhnya.

amin.

kaca dan cermin

mengapikan api
mengairkan air

menerataikan teratai
menyerojakan seroja

menganjingkan anjing
mengucingkan kucing

mengacakan kaca
mencerminkan cermin

membumikan bumi
memanusiakan manusia.

o kekasihku, yang maha mengenal,
apakah aku belahan kecil dari cahayamu?
ataukah aku setitik mungil bayanganmu?

o kekasihku, yang maha membentuk rupa,
sesungguhnya aku tak pandai memilih, dan
sesungguhnya pula aku teramat sangat rakus,

maka jadikan aku
keduanya sekaligus
bersamaan.

amin.

buku dan kitab

dalam toko ini, buku-buku puisi
dilabeli harga, disegel dan diplastiki

agar sampulnya tak dikotori
oleh minyak-minyak jemari.
agar isi bait-baitnya terus murni.

dalam mesjid ini, kitab-kitab berjejer rapi
di atas rak kayu mahoni, berpintu kaca dan selalu terkunci

agar huruf-hurufnya tetap suci.
agar tidak ada debu-debu sunyi
yang bisa menodainya kembali.

sayangnya, sang kasir toko masih asik bermimpi
sementara panitia mesjid telah minggat lagi.

amin.